Al-Hasan bin Al-Haitsam adalah salah seorang ilmuwan muslim terkemuka dan memiliki prestasi yang menonjol di antara para ilmuwan di bidang ilmu pengetahuan alam. Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah dia tidak mendapatkan haknya/ namanya terkubur, dan tidak mendapatkan kedudukan yang semestinya. Padahal dia memiliki keunggulan dan prestasi besar yang tidak dipahami oleh para ahli sejarah peradaban Islam dan penulis buku-buku sejarah' Karena itu, dia dua kali dizalimi; dizalimi oleh generasi muslim sendiri, dan yang lebih parah , dia dizaLimi oleh ilmuwan dan sejarawan Barat yang telah meramPas kekayaan intelektualnya, karena namanya diganti dengan nama mereka. Dengan demikian, dia telah diletakkan pada tempat yang tidak semestinya di antara para ilmuwan sepaniang sejarah. Mari kita baca perkataan berikut yang ditulis oleh Profesor Qadri Thauqan dalam bukunya "Turnts Al-Arab Al-llmifi Ar-Riyadhiyyat Wa Al-Falak,"
"Saya sakit hati, kalau dikatakan bahwa Ibnul Haitsam adalah keturunan bangsa Eropa. Kalau itu benar niscaya saya melihat bagaimana besarnya penghormatan yang diberikan kepadanya, namanya disanjung dan biografinya disebarkan di mana-mana. Bahkan juga akan masuk ke dalam kurikulum pendidikan agar ilmunya dapat dipelajari oleh para generasi berikutnya dan menjadi teladan bagi mereka."
"Tidakkah ketidaktahuan kita tentang masa muda Ibnul Haitsam merupakan aib yang besar? Dan tidakkah termasuk kelalaian kita apabila kita mengenal Ptolemaeus, Kepler, dan Bacon melebihi dari apa yang kita ketahui tentang Ibnul Haitsam? Tidakkah ini menunjukkan kelemahan pada sistem pendidikan kita?"
Untuk mengetahui secara pasti tentang siapa Ibnul Haitsam, apa penemuan dan pemikiran ilmiahnya, dan mengapa banyak orang yangbertanya-tanya tentang dirinya? Mari kita pelajari lebih jauh tentang Ibnul Haitsam
TEMPAT, TANGGA! LAHIR, DAN RIWAYAT HIDUP
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Al-Hasan bin Al-Haitsam. Dia lebih dikenal dengan panggilan AlBashri. Dia dilahirkan pada tahun 354 H (96,5 M) di kota Bashrah, Iraq. Dia wafat pada tahun 430 H (1039 M) di Cairo. Dia pertama kalibelajar ilmu di Bashrah, kemudian pergi ke Baghdad. Di sana dia melanjutkan belajamya dan mendalami itmu-ilmu Arab dan agama. Selain itu, dia juga mendalami ilmu matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Pada usianya yang ketiga Puluh tahun, dia pergi ke Mesir atas undangan dari Khalifah Dinasti Fatimiyyah, AlHakim Biamrillah. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Cairo. Di sana dia melanjutkan penelitiannya dan menulis banyak buku. Dia hidup di Cairo dalam keadaan sederhana dan tawadhu', yang mana dia hanya tinggal di sebuah kamar di dekat pintu gerbang Masiid AlAzhar. Dia terpaksa menyibukkan diri dengan menggandakan buku-buku Euklides dan Ptolemaeus serta lairurya dan menjuaLrya di depan masjid Al-Azhar untuk dapat menyambung hidupnya.
PARA LLMUWAN YANG HIDUP SEMASA DENGANNYA
Ibnul Haitsam hidup pada masa tiga ilmuwanbesar, yaitu; Al-Karkhi, Al-Biruni, dan Ibnu Sina.Ini memang suatu peristiwa yang aneh, di mana pada satu masa ada empat orang ilmuwan muslim terkemuka. Akan tetapi ini merupakan bukti bahwa kejeniusan memiliki waktu dan tempat tersendiri
KISAHNYA BERSAMA AL-HAKIM BIAMRILLAH
Al-Hakim Biamrillah Al-Fathimil memang dikenal sebagai orang aneh yang suka menyatukan antara berbagai hal yang bertentangan. Dia sombong dan suka menumpahkan darah. Akan tetapi pada saat yang bersamaan dia mencintai ilmu dan dekat dengan para ulama. Sebagaimana diketahui dia telah membangun perpustakaan Darul Hikmah di Cairo dan membangun teropong bintang di gunung Al-Muqaththam. Perkataan Ibnul Haitsam terdengar ke telinga Al-Hakim. Dia mengatakan, "Kalau saya di Mesir niscaya saya dapat melakukan suatu pekerjaan yang dapat melestarikan sungai Nil dan sangatbermanfaat dalam keadaan sungai itu pasang atau pun surut. Saya mendengar bahwa sungai itu bergemuruh dari tempat yang tinggi, dan itu berada di ujung daerah Mesir.
Al-Hakim kemudian tertarik untuk mengetahui dan memanfaatkan kecerdasan ilmuwan ini. Maka dia mengirim utusan dan mengundangnya untuk datang ke Mesir. Dia berangkat sendiri ke luar kota Cairo untuk menyambut kedatangan Ibnul Haitsam, kemudian mengajaknya untuk mempelajari aliran sungai Nil dari Cairo ke Aswan. Ibnul Haitsam telah melihat aliran sungai itu hingga sampai di daerah Al-]anadil di Selatan Aswan. Dia memeriksa aliran sungai itu di dua bendungan yang ternyata tidak sesuai dengan gambarannya dan juga tidak cocok untuk proyeknya. Dia kemudian kembali ke Cairo dan memohon maaf kepada Al-Hakim Biamrillah dengan perasaan malu, karena tidak dapat memenuhi janjinya. Tentang kondisi proyek itu, dia menyinggung pada artikelnya yang telah lalu bahwa proyek itu berupa tanggul atau tempat penampungan air. Sekalipun sebagian penulis mengatakan bahwa Ibnul Haitsam menemukan teori pemberdayaan air untuk menciptakan sumber energi. Mereka berkeyakinan bahwa Ibnul Haitsam sebenarnya mau mempraktikkan teorinya pada sungai Nil, akan tetapi keadaannya di luar yang dibayangkan. Barangkali dia berkhayal bahwa Al-Janadil itu seperti air terjun. Akan tetapi temyata sekedar padang sahara yang membentang luas dan dialiri sungai Nil, sehingga mustahil untuk dibangun proyek di atasnya
BIDANG SPESIALISASI YANG PALING MENONJOL PADA LBNUL HAITSAM
Secara khusus, Ibnul Haitsam menonjol pada beberapa bidang berikut:
- Ilmu matematik a;ytrLgmeliputi iLnu hitung, aljabar, geometri dan hitungan trigonometri.
- Ilmu pengetahuan alam; terutama ilmu optik yang oleh Ibnul Haitsam disebut "ilmu al-manazhir.
- Ilmu falak; atau ilmu astronomi sebagaimana yang dikatakan oleh para ilmuwan Islam.
PENELITIAN AL-HASAN BIN AL-HAITSAM DAN PENEMUAN LLMIAHNYA
PERTAMA: DALAM ILMU OPTIK
- Ibnul Haitsam membongkar teori lama yang diwariskan oleh ilmu filsafat Yunani, yang berbunyi bahwa penglihatan terjadi karena akibat keluarnya seberkas cahaya dari mata orang yang melihat ke objek benda yang dilihat sehingga terjadilah penglihatan. Ibnul Haitsam justru menemukan teori sebaliknya, bahwa penglihatan terjadi akibat adanya seberkas cahaya pada objek benda yang dilihat ke mata sehingga berpengaruh padanya. Pemikiran yang tampaknya sederhana ini sangat logis menurut pengetahuan ilmiah kita sekarang dan wajar kalau teori ini menjadi "pembuka yang nyata" bagi ilmu pengetahuan dan sebagai "langkah yang besar" dati langkah peradaban manusia. Ibnul Haitsam membantah para penduku.g teori lama dengan logika yang sederhana dan argumentasi yang kuat ketika mereka mengatakan bahwa mata mengeluarkan cahaya untuk dapat melihat benda. Berikut bantahan Ibnul Haitsam tersebut:
"Adakalanya cahaya itu dianggap benda atau tidak. Apabila dianggap benda, maka apabila kita melihat ke langit dan kita melihat bintang-bintang berarti dari mata itu telah keluarbenda yang memenuhi antara langit dan bumi, tanpa mengurangi apa yang ada pada mata sedikit pun. Akan tetapi sangat mustahil aar, iiaat masuk akal. Apabila bukan berupa benda, maka ia tidak merasakan dengan apayang dilihat. Dan, perasaan tidak ada kecuali pada benda yang hidup.
Demi Allah, alangkah cemerlangnya penjelasan dari ilmuwan Arab terkemuka ini, dan alangkah cemerlang logikanya. Tidak diragukan bahwa banyak di antara orang yang menyandang gelar profesor kehormatan pada masa sekarang tidak memiliki satu ukuran dari logika ilmiah ini, dan kemampuan seperti ini dapat dipraktikkan.
- Dia mempelajari studi keterbalikan dengan menggunakan cermin datar dan cermin cekung dan berhasil membuat kaedah khusus untuk itu. Dia menentukan posisi dan pengaruh pertemuan cahaya dan bagaimana cara memperbesar gambar. Dalam hal itu, dia dibantu dengan ilmu geometri yang pada saat itu banyak digunakan pada penelitian ilmu optik berdasarkan logika ilmiah yangbenar.
- Dia menunjukkan adanya perbedaan ketebalan cahaya pada berbagai macam media (seperti kaca, air, udara, dan benda lainnya) serta menjelaskan bahwa tingkat pembiasan cahaya berbeda-beda antara satu media dengan lainnya
- Hasil penelitian Ibnul Haitsam pada lensa (kaca pembesar dalam istilah Ibnul Haitsam) dan potensi pembesarannya telah membuka jalan bagi penggunaan lensa untuk memperbaiki cacat penglihatan, atau bagi ditemukannya kaca mata. Penemuan ini telah memberi inspirasi yang besar bagi para ilmuwan, budayawan, sastrawan, dan pelaku industri. Dengan hasil penelitian ini saja, Ibnut Haitsam seolah-olah telah memberikan kontribusi yang besarbagi penemuan ilmiah berikutnya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
- Dia menetapkan melalui hasil eksperimennya bahwa cahaya memeliki waktu dan kecepatan tertentu'
- Dia mempelajari anatomi mata, menielaskan susunannya dengan gambar-gambar, dan membuat nama-nama pada bagian-bagiannya sebagaimana yang kita kenal sekarang.
- Al-Hasan bin Al-Haitsam menemukan suatu pemikiran tentang "ruang gelapi' lalu melakukan eksperimen pencahayaan padanya. Kemudian mengingat pentingnya penemuan ini yang merupakan dasar pembuatan kamera dan berbagai penemuan seruPa lainnya, seperti lampu sorot hingga berbagai peralatan televisi dan video, maka ini semua akan kami paparkan pada pembahasan berikut
AL-HASAN BIN AL-HAITSAM DAN KAMERA
Sebagian literatur Arab menyebutkan bahwa Ibnul Haitsam adalah Penemu kamera. Perkataan ini pada kenyataannya terlalu dilebih-lebihkan dan menyalahi amanah ilmiah serta akan dibantah oleh Ibnul Haitsam andaikan dia masih hidup. Yang benar adalah bahwa ilmuwan kita ini adalah penemu ide dan yang melakukan eksperimen sehingga akhirnya ditemukan cara pembuatan kamera. Dia tidak pernah membuat kamera itu sendiri dan tidak pernah mencetak gambar dari jenis apa pun. Untuk lebih jelasnya, kami akan berusaha menerangkan ide pembuatan kamera ini, yang secara sederhana terdiri dari dua bagian berikut:
- Ruang gelap: Ruang gelap ini dalam eksperimen yang dilakukan oleh Ibnul Haitsam-dan dalam eksperimen pengajaran modem-berupa kotak yang tidak tembus cahaya. Kemudian di tengahnya terdapat satu lubang kecil. Sisi yang berlawanan dengan lubang berbeda dengan sisi kotak lainnya, yaitu berupa papan kaca yang berkilau atau tirai dari kain yang tertutup setengah transparan atau lainnya. Ketika lubang itu diarahkan ke suatu objek pandang mana pun, seperti lilin atau semacarrnya, maka cahaya itu akan melewati lubang itu dan tetap pada bentuknya semula, sehingga terbentuklah gambar dari objek yang dilihat pada tirai itu, dan ini dapat dilihat oleh orang yang berdiri di belakang kotak.
- Papan sensitif: Papan ini merupakan papan yang tertutup dengan bahan kimia dan mudah terpengaruh oleh cahaya dan pengaruhnya bersifat tetap sehingga dapat menyimpan gambar untuk dicetak. Dalam kamera yang ada saat ini, papan sensitif itu disebut film yang mudah terpengaruh oleh cahaya, pehingga dapat menyimpan gambar negatif yang dapat dicetak dan sesuai dengan aslinya
Al-Hasan bin Al-Haitsam menemukan ruang gelap' tanpa menggunakan papan sensitif. Barangkali dia akan mampu menemukan kamera secara sempurna dan mempergunakannya, kalau dia membuka bab-bab tentang Penggunaan bahan-bahan kimia dan menambah berbagai pengetahuannya. Akan tetapi, ini semua merupakan kehendak Allah agar Ibnul Haitsam menemukan ilmu cahaya sampai di sini dan membiarkan kamera ditemukan oleh orang-orang Eropa agar mereka dapat menyemPurnakan Penemuannya' Perlu diberitahukan bahwa Ibnul Haitsam banyak membuat eksperimen pada ruang getap itu dan membuat berbagai contoh yang dari berbagai jarak untuk mendapatkan ukuran yang bermacam-macam-atau antara ruang gelap dengan objek benda tersebut-sehing ga terj adi kesesuaian gambar pada tirai tersebut. Dalam hal ini, dia mengatakan
"Disyaratkan agar lubang itu tidak terlalu lebar sehingga gambar menjadi buram, dan juga tidak terlalu kecil sehingga kehilangan daya sensitivitasnya karena cahayanya yang lemah."
KARYANYA DI BIDANG ILMU OPTIK
Karya Ibnul Haitsam yang terkenal dalam ilmu optik ada dua belas buku. Di antara buku itu yang paling penting adalah "Kitab Al-Manazhir" yangberisi berbagai penemuannyaymLg terpenting dalam ilmu optik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun '1,572,dan diterbitkan di Basel, Switzerland, dengan judul "Thesaurus Opticus" (Rujukan lengkap dalam ilmu optik). Buku ini sangat besar pengaruhnya bagi pengembangan ilmu optik di Eropa. Di antara karya-karyanya yang lain dalam ilmu optik adalah sebagaiberikut:
- "RisalahFi Al-AinWa Al-Abshar"
- "Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Ad-Dawa'ir"
- "Risalah Ei ln'ithaf Adh-Dhau'"
- " Risal ah F i Al - Mar ay a Al - Muhr iq ah B i Al - Quthu"'
- "Kitab Ei Al-HalahWa Qaus Qazah"
Perlu diketahui bahwa buku-buku Al-Hasanbin AlHaitsam masih tetap dijadikan rujukan utama di Eropa dalam ilmu optik hingga abad ketujuh belas. Seorang ilmuwan Inggris dalam bidang matematika dan teologi, dan guru besar di Universitas Cambridge, Ishac Barrow (1630-1,677) memberikan kuliah tentang masalah-masalah yangberhubungan dengan Ibnul Haitsam. Sedangkan di antara mahasiswa pada saat itu terdapat Ishac Newton yang pada suatu ketika akan menjadi ilmuwan terbesar di Barat hingga munculnya Einstein.
« Prev Post
Next Post »