Kontrak Sosial (Social Contract) merupakan kitab Injil ilmu politik dewasa ini. Sebagaimana halnya kitab Injil, pandangan Rousseau seperti pernah diungkapkan, acapkali lebih banyak dibicarakan orang daripada dibaca. Namun sama halnya pula dengan kitab Injil, ia bertanggungjawab akan banyaknya keupacaraan dalam ilmu politik modern dan juga bagi perkembangan moral serta intelektual. Tanpa sadar, kita sering mengucapkan bahasanya dan menanggapi nilainya. Istilah dan pengandaian yang terdapat dalam Kontrak Sosial merupakan karya cipta bersama dari pergaulan politik, membentuk serta membatasi praktek politik dengan menyediakan sarana yang kita pergunakan, dan dengan sadar atau tidak ia mampu merumuskan permasalahan sosial dan dapat memahami apa yang sedang kita kerjakan. Kontrak Sosial bukan hanya suatu penasiran tentang perilaku politik. Ia adalah suatu aspek yang menyerap perilaku sebenarnya yang masih harus diterjemahkan.
Sebagai contoh, Kontrak Sosial adalah sumber utama bagi doktrin kedaulatan. Dewasa ini masalah kedaulatan lebih dari hanya sebagai pernyataan tentang fakta atau cita-cita. Menghubungkan suatu program politik dengan "Rakyat" telah menjadi sejenis upacara pendahuluan, yang tanpa itu kegiatan politik tidak dapat dilakukan. Hampir semua negara modern yang besar menyatakan dirinya sebagai "Negara Rakyat". Adanya pertimbangan umum, demonstrasi massa, pemungutan suara dan plebisit bukan hanya sebagai sarana yang mencatat kehendak rakyat, tetapi juga merupakan upacara bagi kebangkitan dan penciptaan kehendak rakyat yang diperlukan baik oleh negara otoriter maupun liberal. Sejumlah kecil program dapat mengharapkan untuk memperoleh sukses, paling sedikit tidak menggunakan salah satu ungkapan atau semboyan seperti "Perang Rakyat", "Abad Rakyat", atau "Penentuan Nasib Sendiri bagi Rakyat".
Masih ada pengertian lain, yakni bahwa Kontrak Sosial merupakan suatu kitab Injil sekuler. Hampir semua pihak mengakui kebenarannya, atau paling tidak sebagian, atau merasa paling baik berpura-pura berbuat demikian. Mereka hanya berselisih mengenai terjemahannya yang tepat.
Pada waktu ini suatu doktrin yang menyatakan bahwa rakyat menempati kedudukan yang paling tinggi, tidak lagi dapat menjawab permasalahan sebanyak ia menghasut beberapa orang untuk bertindak terhadap orang lain. Golongan demokrat liberal telah diilhami oleh pandangan Rousseau untuk sebanyak mungkin memperluas kesempatan bagi ikut sertaannya dalam menangani berbagai permasalahan umum dengan bersandar pada keyakinannya bahwa pendapat mayoritas lebih sering benar daripada salah. Golongan elit otoriter telah memperoleh dukungan dari pandangan Rousseau, bahwa golongan minoritas ada kalanya benar-benar mewakili kehendak rakyat. Mereka telah menggunakan pandangan Rousseau, bahwa tidak ada sesuatu berlawanan dengan dirinya sendiri dalam hal "memaksa orang untuk bebas". Bertolak dari doktrin Rousseau ini, golongan nasionalis mengisyaratkan, bahwa negara yang berkepribadian superior dengan suatu karier moralnya sendiri, bukan hanya suatu mekanisme untuk memuaskan keinginan manusia tertentu, tetapi merupakan pemenuhan nyata bagi cita-cita tertinggi manusia, yakni inkarnasi kehendak umum dari masyarakat yang sekaligus dapat mengesampingkan dan mengumpulkan semua kepentingan lainnya.
Oleh karena itu, membaca Kontrak Sosial bagaikan suatu petualangan untuk menemukan sikap politik kita sendiri. Kebiasaan berpolitik sebagaimana halnya kebiasaan lainnya, muncul secara "alami" dan tidak dapat dielakkan. Membaca Kontrak Sosial, berarti menghidupkan kembali kebiasaan kita untuk membuka pikiran mereka sebagai produk suatu kesadaran dan pertimbangan. Cara kita bertindak muncul sebagai pilihan yang sesungguhnya, seperti halnya logika yang harus diteliti dan diperdebatkan. Di dalam Kontrak Sosial "pikiran bersama" ilmu politik dewasa ini, dengan dasar pikirannya yang tak terucapkan, dan kiasannya yang tidak disertai kesadaran, telah dibebarkan untuk diuji. Orang akan menjumpai di dalamnya tidak hanya kata-kata serta kesimpulan yang terdapat pada permukaan pembicaraan kita ini, tetapi juga pengertian, makna serta penerimaan yang mendalam, yang ada atau harus ada, di belakang pikiran kita.
❅❅❅
Rousseau telah menyimpan pesona yang mengagumkan bagi daya imajinasi dunia barat karena filsafatnya yang sistematis yang merupakan pula suatu pengakuan pribadi, dan pengakuan pribadinya tersebut memperlihatkan wajah serta lambang sejarah universal. Kalau Santo Augustus adalah seorang tokoh bagi Gereja (Katolik), maka Rousseau adalah tokoh bagi negara modern. Kedua tokoh ini begitu besar perbedaan peranannya dalam sejarah serta loyalitasnya. Namun demikian, mereka memiliki persamaan yang menyoal mengenai beberapa hal tertentu. Keduanya menjadi lambang pengalaman universal karena memiliki cara untuk merubah berbagai peristiwa dalam kehidupan. Augustinus telah mampu melihat peristiwa dalam kehidupan. Augustinus telah mampu melihat kedengkian dosa universal dengan caranya bersendagurau seperti kanak-kanak. Sedangkan Rousseau telah dapat mengubah kenistaan pribadi menjadi gejala penyakit ragawi masyarakat Eropa. Keduanya sama-sama menulis tatkala banyak kerajaan besar runtuh, dan keduanya pun menarik banyak pelajaran serta mengubahnya bagi keselamatan pribadinya. Keduanya sama-sama memiliki perasaan yang mendalam mengenai arti dosa yang pernah diperbuatnya kendati mengetahui bahwa mereka mengambil bagian dalam dosa semua orang, dan merasa cemas untuk bertukar pikiran dengan orang lain. Keduanya dikejar-kejar oleh kesadaran yang kuat, yang mewarnai setiap pengalaman dirinya hingga menyebabkan mereka merasa berbeda dengan orang lain. Namun, keduanya telah menyusun program pembentukan organisasi sosial yang transeden dengan suatu moral serta kebersamaan yang berkepribadian tersendiri, di mana manusia mungkin akan kehilangan individuailtasnya yang keras kepala dan dengan sukarela tunduk pada kehendak yang lebih luhur, dalam mana semua orang turut ambil bagian.
Sudah tentu terdapat kaitan antara temperamen individual setiap filsuf dan apa yang dikatakannya mengenai dunia orang banyak ini. Bagi Rousseau hal itu merupakan soal prinsip untuk tidak menyebut sesuatu tentang dunia orang banyak itu menurut keyakinan hati nuraninya. Rousseau adalah seorang di antara banyak tokoh yang tampaknya tidak memiliki permukaan. Pada dirinya tidak terdapat suatu apa bila hanya dilihat dari lahirnya. Betapapun kecilnya, tidak ada peristiwa, gagasan, dan perselisihan dengan orang lain yang tidak melibatkan seluruh kepribadiannya dan seluruh struktur masyarakat ekstern. Tidak ada suatu peristiwa umum yang begitu besar yang membuat Rousseau tidak menganggapnya sebagai tantangan pribadi.
Pada diri orang lain, sesuai dengan keadaan jasmaninya, ketidakmampuan maupun ketidaksanggupan untuk bisa membedakan antara yang besar dan kecil, atau menetapkan batas antara diri mereka dengan dunia luar, mungkin tampak tidak wajar, picik, atau egoistis. Sudah tentu pandangan Rousseau yang tegas dalam melihat semua permasalahan secara pribadi dan membawakan kepribadiannya dalam menghadapi segala hal, telah mengganggu serta menimbulkan kemarahan sebagian besar orang seamannya, seperti halnya menimbulkan rasa kagum dan pesona bagi sebagian besar orang yang lahir kemudian. Rousseau secara mendasar merasa dirinya sederhana dan penuh kasih-sayang. Ia telah berhasil membangkitkan kebencian pribadi di kalangan sebagian besar orang yang agung pada zamannya. Rangkaian kehidupan serta persahabatannya berubah menjadi permusuhan. Sesungguhnya, bukunya yang berjudul Confessions (Pengakuan) memberikan petunjuk, bahwa dalam menuju akhir hidupnya ia berkeyakinan telah menjadi sasaran suatu komplotan yang terorganisasi.
Tetapi, orang yang telah mengenalnya tidak dapat meninggalkan kecurigaan bahwa pada diri Rousseau terdapat sesuatu yang orisinal dan penting tentang manusia. Sedangkan bagi generasi kemudian, sementara mereka tidak sependapat dengan pandangannya, harus mengakui bahwa kata-katanya itu telah membuat perubahan yang luar biasa. Tiada tokoh lain kecuali Voltaire yang telah berhasil menggerakkan generasinya atau yang telah banyak melibatkan dirinya dalam membawa generasi berikutnya secara bersama pada aksi revolusioner. Sesungguhnya sulit untuk dikatakan bahwa Rousseau tidak memiliki semangat keseimbangan, karena keseimbangan yang ditanamkan pada pengalamannya sekarang ini bukan suatu perkiraan yang berlebihan. Pernyataannya mengenai dirinya sendiri telah menjadi harta kekayaan umum dalam bidang pendidikan, moral, ilmu politik, kesenian, dan dimensi kepribadiannya telah menjadi patokan moral, kecuali tentang kesehatannya.
Arus yang ditempuh oleh pengaruh Rousseau melukiskan satu di antara berbagai episode yang mengagumkan dalam bidang sejarah tentang gagasan (idea). Pemujuaan terhadap Mahkluk yang Tertinggi yang rasional sifatnya, dibuat oleh Robespierre dengan bersumber pada pandangan Rousseau. Tetapi, serangan Rousseau terhadap analisis intelektual terpisah dari emosi yang sebenarnya, dan keyakinannya dalam pengertian sentimen dan cita rasa telah mendorong intuisi kenyataan yang romantis ke tingkat yang lebih tinggi dari sesuatu yang hanya dapat dijangkau oleh pikiran. Perbedaan semangat menurut Rousseau merupakan mata air atau sumber pengembangan keanehan yang romantis. Perjuangan terhadap dirinya sendiri sepanjang hidupnya telah memberikan contoh bagi banyak pahlawan puisi dan politik pada abad ke-19. Bagi yang terpengaruh atau pun yang tidak, ia telah menciptakan kesadaran yang penuh penderitaan dan terpecah belah sebagai tanda datangnya perubahan.
Namun Rousseau dengan kehalusan perasaannya serta kebajikannya sehari-hari, memuja naluri sebagian besar orang yang tidak berpendidikan: para petani, orang desa dan pekerja tangan yang sederhana. Perasaananya bahwa kian dekat pendapat itu menghampiri kekulatan suara, maka kian besar pulaiah kekuasaan kehendak umum, telah menjadi suatu dasar bagi kehanyakan keyakinan dan memberikan martabat baru pada tirani "pendapat umum". Semangat Rousseau tidak saja bergerak di antara para individualis romantis Bohemia, tetapi juga disepanjang Main Street: Julien Sorel dari Stendhal memperoleh ilhamnya dari Rousseau. Tetapi, kesamaan (uniformity) orang-orang Filistin yang mencekik, karya Fluburt pun mendekati unsur-unsur yang terdapat pada diri Rousseau. Kendati dia sendiri berpikir tentang kebajikan seorang petani daripada masyarakat borjuïs.
Oleh karena itu, pada waktu yang lampau terdapat satu usaha yang mengatakan, bahwa pandangan Rousseau adalah suatu massa ketidakmampuan yang disengaja dan elektisisme (sistem filsafat yang menggunakan pemilihan dari berbagai sumber) yang tidak terorganisasi. Tidak diragukan lagi bahwa pada diri Rousseau terdapat banyak anasir yang tampaknya meme-r lukan berbagai interpretasi. Rousseau sendiri seolah-olah percaya, bahwa pada umumnya gagasannya telah diperluaskan, jika tidak oleh logika yang kejam sudah tentu oleh kesinambungan perspektif dan perasaan intern, yakni suatu dialektika sentimen yang lebih tinggi. Bagi generasi kemudian, hal tersebut dianggap sebagai tahap kepribadiannya, yang mengandung se-jenis kesatuan yang dinamis menurut pandangannya sendiri. Kemudian menjadi pecah berantakan dan menjadi aliran filsafat yang berbeda-beda. Kesatuan dalam diri Rousseau adalah kesatuan hal-ihwal yang dicerna oleh hati yang sama secara mendalam, dan dilihat dengan penuh semangat dari suatu pusat pandangan yang tunggal. Kasusnya mungkin lebih banyak daripada lainnya. Gagasannya harus dimengerti dalam konteks pengalaman pribadi yang mempersetukan itu.
Jean-Jaques Rousseau lahir di Geneva pada tahun 1712. Sejak semula, seperti yang dilaporkan dalam bukunya Confessions, ia bernasib buruk. Ibu Rousseau meninggal ketika melahirkannya. Ayahnya "sejak itu tidak lagi dapat menjadi sandaran pelipur lara", dan satu kali pun tidak pernah memeluk Jean-Jaques. "Namun keluh-kesahnya, tekanan lengannya yang kaku-kejang, menjadi saksi penyesalan yang pahit yang menggaulkan dirinya dengan belaiananya". Kesehatan anak itu tidak baik dan tetap tidak baik sepanjang hidupnya. Satu hal di antara semua anugerah yang telah ia wariskan kepada orang tuanya, yakni "sebuah hati yang berperasaan", dan bahkan "hati yang berperasaan" itu menjadi sumber kebahagiaan orang tuanya. Sebagaimana dijumpainya kemudian, menjadi sumber dari semua nasibnya yang buruk.
Kehidupan masa muda Rousseau tidaklah menentu. Ia sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Di Paris-lah ia terus menerus bertempat tinggal, dari tahun 1744 sampai tahun 1756. Di sana Rousseau menemukan lapangan kerjanya di mana gagasannya mulai terbentuk. Sebelum berusia tiga puluh tahun, ia tidak berada di Paris. Ia bergabung ke dalam lingkungan Grimm dan Diderot sebagai otodidak. Walaupun ia telah dapat menegakkan reputasinya di Paris, Rousseau tidak mampu menjadi seorang warga kota Paris. Seperti diakui-nya, di sana ia senantiasa merasa tidak disukai. Semakin banyak ia menemukan formalitas yang penuh dengan tatakrama salon kota Paris yang dirasakannya sebagai sesuatu yang menindas dirinya, semakin ia bernostalgia mengidealisasikan kejujuran tatakrama Geneva yang sederhana.
Percakapan dalam salon, epigram-epigram yang mengejutkan dengan sopan, berbagai corak nada dialektis yang sembarono dan buku-buku yang ditulis di depan umum, kesemuanya menimbulkan perasaan tidak senang pada diri Rouss-seau. Perbincangan yang tidak putus-putusnya mengenai kebajikan warga tampak dingin dan munafik, dan kebebasan kehidupan kota Paris tampak tidak bermoral bagi seseorang yang dibesarkan dalam kesederhanaan Geneva yang beragama Calvinis.
Dalam lingkungan masyarakat Rousseau tidak hanya merasa janggal, tetapi dengan segala kecenderungannya yang mendalam ia juga merupakan seorang laki-laki yang senang hidup menyendiri. Ia berpendapat kehidupan sosial sebagai sesuatu yang mengganggu, dan ia dapat bekerja dengan sebaik-baiknya bila ditinggal seorang diri. Ketegangan yang menjadi sifat dasarnya inilah yang mungkin lebih mengejutkan serta menjauhkan laki-laki mana pun seperti halnya Diderot. Masyarakat, demikian Diderot, bagi seorang filosof merupakan seorang dewa di bumi kita ini. Philosophus merasa sulit memahami mengapa seorang filsuf, yang mengabdikan dirinya demi perbaikan masyarakat bisa begitu a-sosial. Atau mengapa ia dapat memikirkan permasalahan masyarakat tanpa ada kemauan untuk hidup di dalamnya. Mereka tidak dapat mengerti bagaimana dengan segala jalan menemukan stimulasi, selain melalui pertukaran gagasan pada setiap hari. Barang kali, kegagalan imajinasi simpatik yang terdapat pada diri philosophus, dan yang bagi Rousseau tampak sebagai kekurangan keseimbangan (complementary) kemerdekaan pribadi mereka, inilah yang pertama-tama membuatnya tidak menaruh kepercayaan pada mereka.
Di atas segalanya, Rousseau tidak pernah menjumpai bahwa orang sudah dapat menikmati kehidupan sebagai seorang intelektual yang profesional. Ia merasa muak dengan analisis yang konstan mengenai emosi dan nilai manusia yang dilakukan sesuka hati oleh para intelektual Paris. Ia pun terkejut, terutama oleh apa yang dianggapnya sebagai pernyataan intelektualisme yang sistematis, terhadap materialisme filosofis seperti Hobach dan egoisme sistematis menurut Helvetius, yang merendahkan perilaku manusia pada kegilaan butir materi (particles dalam kehampaan). Rousseau berpendapat bahwa hal tersebut sulit dipercaya karena setiap orang dengan kesungguhan bisa berpura-pura menceraikan pikiran dari perasaannya secara menyeluruh. Dengan maksud bersedia memperdebatkan bahwa semua perilaku manusia adalah benturan dari egoisme yang bersaing dalam kehampaan moral.
Mau tidak mau Rousseau kehilangan beberapa hal dan beberapa khasiat filsafat radikal. Pada tempat pertama, materialisme sistematis dalam metafisika dan moral merupakan pandangan yang ekstrim yang tidak diikuti secara luas. Lebih penting lagi, Rousseau kurang bersikap adil terhadap pengaruh teori baru yang membebaskannya dari filsafat supernatural dan politik kependetaan sistem pemerintahan kuno (ancien regime). Pada kata awalnya ia menerima materialisme, dan ia telah gagal pula dalam melihat ketaatan yang tidak memihak serta yang telah menjadi intinya. Sesungguhnyalah, ia telah gagal melihatnya melalui kedok yang skeptis dari philosophus, dan menemukan dalam sikap penentangan mereka melawan antusiasme, kesalehan mereka terhadap alam, dan kemurahan hati yang penuh semangat terhadap umat manusia. Sebagai contohnya dapat dilihat pada halaman penutup buku System of Nature dari Holbach.
Tetapi, acapkali terdapat analisis tentang perilaku manusia yang sifatnya materialistik yang tegar itu, terutama dalam percakapan, hanya berbentuk gosip yang direka secara intelektual dan terselubung. Banyak di antara mereka yang seringkali mengunjungi salon, telah menemukan dalam filsafat baru itu suatu kesempatan untuk bergunjing secara abstrak, dan merendahkan motif serta tindakan manusia secara sistematis. Seperti yang telah dikatakan oleh salah seorang wanita salon, "Halvetius telah menceritakan rahasia setiap orang". Sama halnya, Rousseau melihat filsafat baru itu sebagai gosip, tetapi tidak seperti orang lain ia menolak untuk bergirang hati atau diperintah. "Hatinya yang berperasaan" pertama-tama telah memberikan jawaban pada nada intelektualisme yang emosional itu. Acapkali jawabannya tidak bijaksana dan padat, tetapi hal itu mengarah ke intuisi yang memotong di bawah perbedaan yang lazim antara radikal dan konservatif, yang beragama atau tidak.
Rousseau menjadi percaya bahwa ketiadaan kesadaran umum, kasih sayang dan keagairahan emosional, filsafat baru itu hanya menegakkan materialisme, mementingkan diri sendiri dengan pehitungan untuk menjadi landasannya. Dengan demikian apa yang terlihat merupakan serangan yang paling radikal terhadap sistem pemerintahan kuno, yang pada dasarnya hanya merupakan produk dan penegasan nilai dalam masyarakat dengan maksud menghalangi naluri manusia untuk setia.
Perasaan Rousseau telah dinyatakan dalam suatu karangan yang untuk pertama kali menegakkannya sebagai seorang intelektual, yakni Pembicaraan tentang Seni dan Ilmu. Beberapa tahun kemudian disusul dengan Pembicaraan tentang Asal-usul Ketidaksamaan. Meskipun Voltaire menyebut karangan itu sebagai dua karangan Rousseau yang menyerang ras manusia, dan kendati pada permukaannya tampak bertentangan dengan kepercayaan yang dinyatakan dalam Kontrak Sosial, bahwa ketertiban masyarakat itu ikut serta mendasar terhadap setiap hal, mungkin tampak tidak bertentangan dengan pandangan yang dinyatakan dalam Kontrak Sosial, Pembicaraan tentang Ekonomi Politik karya Rousseau, kira-kira ditulis pada waktu yang sama seperti Pembicaraan tentang Asal-usul Ketidaksamaan, yang memuat berbagai persoalan elementer dari banyak pandangan yang dinyatakan dalam Kontrak Sosial. Kenyataan ini mengungkapkan bahwa Rousseau tidak merubah pikirannya secara radikal antara karyanya yang terdahulu dan yang kemudian. "Masyarakat" yang dipujinya dalam Kontrak Sosial, yakni: yang satu adalah sebuah masyarakat gadungan (pseudo-society) yang dibangun di atas sikap mementingkan diri sendiri dengan serba perhitungan; sedangkan yang lainnya adalah masyarakat yang sesungguhnya (genuine community) yang dibangun atas dasar cinta spontan pada negara. Dalam karyanya yang terdahulu mungkin Rousseau memiliki gambaran tentang masyarakat Paris dengan memperuntukkan cara yang canggih (sophisticated) dalam mata pikirannya. Kata "masyarakat" mengandung beberapa pengertian tambahan yang dapat disajikan dalam "rubrik masyarakat" suatu surat kabar harian. Di dalam Kontrak Sosial, Rousseau berpikir tentang Geneva yang dicita-citakannya, yang disaksikannya dalam pola negeri-kota ala Plato.
Pada tahun 1756, Rousseau meninggalkan Paris untuk hidup mengasingkan diri dari negeri itu. Rangkaian karya kesusasteraan yang diterbitkan dari pengasingannya pada tahun 1762 memuncak dengan terbitnya dua karya besar Rousseau, yaitu Kontrak Sosial, dan pandangannya mengenai pendidikan dalam karyanya, Emile.
Penerbitan kedua buku tersebut segera menggagalkan semua rencana Rousseau untuk hidup dengan tenang. Dalam waktu sebulan sesudah Emile terbit ia telah ditolak di Paris. Pada suatu ketika seorang laki-laki menunjukkan dirinya sebagai satu-satunya orang di Perancis yang percaya kepada Tuhan, telah dipaksa melarikan diri oleh para pembela agama; ia adalah Rousseau. Ia mencari perlindungan di Swiss, tetapi negeri ini tidak menawarkan tempat pelarian yang tetap. Kota asalnya, Geneva, di mana ia telah mendapatkan pukulan yang terberat, bukan hanya menolak Emile akan tetapi juga Kontrak Sosial. Penguasa di Swiss menerbitkan surat perintah untuk menahan Rousseau bila ia memasuki wilayah Geneva. Kota lainnya di Swiss mengikuti jejak Geneva. Rousseau terpaksa menghabiskan waktunya selama empat tahun berikutnya sebagai pelarian yang senantiasa berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat yang lain.
Terutama sebagai usaha melindungi dirinya dari serangan yang dituju- kan kepadanya, maka selama tahun itu Rousseau memulai dengan serang- kaian karyanya yang bermaksud menjelaskan serta mempertahankan ke- benaran pandangannya, yang pada akhirnya dikenal dengan Confessions (Pengakuan). Karyanya dalam periode ini mengalami kegoncangan secara aneh di antara posisinya, yang tetap dipertahankannya dengan tenang atas dasar percaya diri dan dialektika yang tajam. Sehingga penganiayaan terhadap dirinya adalah suatu peristiwa bekerjanya kekuatan sosial yang tidak ber- sifat pribadi, dan keyakinan yang tidak wajar itu meningkat serta menjurus pada pilihan untuk menjadi buron. Di satu sisi, ia menanggapi tindakan kota asalnya yang secara resmi menolak kewarganegaraannya. Dalam karyanya Surat dari Gunung, ia menulis suatu analisis secara cermat dan terhormat tentang sejarah kota Geneva yang terakhir, di mana pengejaran terhadap dirinya muncul hanya sebagai peristiwa dalam pola yang lebih besar, yaitu penindasan demokrasi yang oligarkis. Di sisi lain, Rousseau semakin mem- buka rahasia tentang keyakinannya yang kian tebal bahwa sahabat kemer- dekaan yang bersifat pura-pura itu, yang dipimpin oleh Voltaire, telah bersekongkol melawannya dan berulang kali mengkhianatinya bagi kepenting- an penguasa.
Pada tahun 1766, kepada Rousseau ditawarkan perlindungan oleh David Hume di Inggris. Kehadiran Rousseau disambut gembira di Inggris. Dalam perjumpaannya yang pertama Hume tampak sangat meladeni ke- inginan tamunya, dan berlangsung hanya beberapa bulan sampai pada saat- nya kedua orang itu berselisih. Pada tahun 1767 Rousseau meninggalkan Inggris dan kembali ke Paris sampai ajalnya pada tahun 1778. Pada tahun 1794, Republik Perancis yang baru menganugerahi penghormatan kepadanya sebagai pahlawan nasional serta memindahkan jenazahnya ke makan nasional.
« Prev Post
Next Post »