Senin, 31 Maret 2025

Al-Hasan bin Al-Haitsam (3)

LBNUL HAITSAM : PELOPOR PEMIKIRAN DAN PENEMUAN LLMIAH

Ada banyak sebab yang membuat kita terdorong untuk melihat Al-Hasan bin Al-Haitsam dengan rasa hormat, karena dia dianggap sebagai pelopor yang sebenarnya bagi pemikiran dan penemuan ilmiah. Secara global sebab-sebab itu dapat kami paparkan sebagai berikut:

1 - REVOLUSI BESAR YANG DIWUJUDKAN OLEH IBNUL HAITSAM DENGAN MENGGAGAS ILMU OPTIK.

Lahirnya ilmu optik dibidani oleh Al-Hasanbin AlHaitsam sebagai suatu revolusi yang sangat besar dan dijadikan rujukan utama oleh para ilmuwan yang lain Dia telah menemukan ilmu sempurna beruPa ilmu cahaya' karena dia telah keluar menuju cahaya dengan usaha dan gagasannya yarr1 cemerlang. Itmu ini bukanlah ilmu pinggiran, tetapi lahir dari aliran ilmu dan besar pengaruhnya bagi kemajuan peradaban manusia' Dari ilmu optik ini muncul penemuanbesar, seperti; teleskop' kacamata, mikroskop, kamera, lampu sorot, proiektor layar lebar, dan lain sebagainya. Bahkdn munculnya ide pembuatan video dan komputer iuga tidak terlepas dari perananilmu oPtik ini

Memang benar bahwa Penemuan-Penemuan ini berdampak pada Penemuan ilmiah besar lainnya yang diprakarsai oleh para ilmuwan Barat, seperti dalam bidang matematika, listrik, magnet, rekaman suara' elektonik, dan lain sebagainya. Akan tetapi ini semua tidak merubah hakekat bahwa awal mulanya merupakan penemuan Ibnul Haitsam. Bahkan tidak hanya sekedar itu, karena kita telah terbiasa dengan munculnya seorang ilmuwanbaru kemudian dia menggagas suatu ilmu dan dilengkapi serta disempurnakan oleh ilmuwan lain setelahnya'sedangkanlbnulHaitsam,diatelahmembuat dasar-dasar ilmu itu, kemudian secara terus menerus melakukan eksperimen, sehingga dia berhasil mengembangkannya dari tingkatan pertama, kedua, dan ketiga hingga akhir haYatnYa.

Adapun rahasia terbesar Ibnul Haitsam adalah dia memiliki keberanian dan otak yang cemerlang sehingga dia termotivasi untuk meneliti "cahaya, bayangan dan kegelapan." Sesuatu yang tidak berwujud fisik itu apabila dipikirkan dalam penelitian-sebelum masa kitadianggap sebagai khayalan dan membuang-buang waktu saja untuk suatu ilmu yang tidak bermanfaat. Karena manfaat ilmu cahaya pada masa Ibnul Haitsam tidak jelas kecuali bagi sebagian ilmuwan. Karena itu, tidak heran kalau kemampuan berpikir iLniah Ibnul Haitsam dapat menciptakan penemuan baru. Keberaniannya untuk meneliti sesuatu yang tidak biasa dan tidak pemah terdetik dalam benak orang lain menjadi langkah awal baginya untuk memajukan peradaban manusia.

Sekarang, mari kita lihat pengakuan seorang ilmuwan besar dalam bidang matematika dan seorang pemikir serta penulis terkemuka yang berasal dari Amerika, Dr. facob Bronovisko. Setelah diaberbicara di dalambukunya "AthThathawwur Al-Hadhari Lil lnsan" tentang Gherardo de Cremona, seorang penerjemah Itali terkenal dan banyak menerjemahkan buku-buku Arab ke dalam bahasa Latin, di samping juga warisan intelektual Yunania, dan setelah dia menyebutkan bahwa Gherardo pernah tinggal di Toledo-Andalusia untuk menerjemahkan buku-buku Archimedes, Gelenus, dan Euklides, dia mengalihkan pembicaraanya tentang Al-Hasan bin Al-Haitsam:

"sekalipun demikian, saya pribadi berpendapat bahwa buku-buku yang diterjemahkan oleh Gherardo de Cremona dan yang pating besar pengaruhnya bukan berbahasa Yunani. Hal itu, karena perhatian saya tertuju pada pengetahuan tentang luar angkasa, yang mana pendapat orang-orang Yunani mengenai hal itu banyak yang salah, dan tidak dapat dipahami untuk pertama kalinya hingga tahun 1.000 Masehi melalui seorang ahli matematika yang fase kehiduPannya sangat aneh.6 Dia bernama A1-Hasanbin Al-Haitsam, seorang rasionalis dan penemu dalam peradaban Atab

Orang-orang Yunani berkeyakinan bahwa cahaya keluar dari mata ke objekbenda yang dilihat. Sedangkan Ibnul Haitsam adalah orang yang pertama kali mengenal bahwa kita melihat sesuatu karena benda itu menghadap dan mengirimkan cahaya kepada mata. Pemikiran Yunani tidak bisa menjelaskan bagaimana tubuh kita kelihatan, seperti tangan ini, sedangkan ukurannya berubah apabila dia bergerak. Sedangkan dalam penafsiran Ibnul Haitsam, bahwa kerucut cahaya yang keluar dari tangan dan bentuknya menjadi semakin kecil setiap kali tangan itu digerakkan ke arah yang lebih jauh dari Anda. Apabila digerakkan ke arah Anda, maka kerucut cahaya yang sampai ke mata Anda akan lebih besar. Dan, inilah satusatunya yang menyebabkan perbedaan pada ukuran tangan itu

Sebenarnya ini merupakan pemikiran yang sederhana, akan tetapi tidak terlalu diperhatikan oleh para ilmuwan selama enam ratus tahun, (ini apabila kita membuat pengecualian pada Bacon)8. Akan tetapi para tekhnisi telah memperhatikan itu dengan cara ilmiah, sehingga pemikiran mengerucutnya cahaya yang keluar daribenda ke mata menjadi dasar dari gambarperspektif (perspektiae drawing). Gambar ini merupakan ide yang mengembalikan kehidupan kepada ilmu matematika.e

Bronovisko kemudian menambahkan, "Revolusi gambar pespektif pindah berubah menjadi jenis kesenian di Utara Italia-Florensa-pada abad kelima belas Masehi. Di sana terdapat manuskrip yang diterjemahkan dari buku 'Ilmu Adh-Dhau'10 karangan Ibnul Haitsam, dan berada di perpustakaan Vatikan, Roma. Di dalam terjemahan itu terdapat komentar dari Lorenz Gebroti yang membuat gambarperspektif dipintu pembaptisan di Florensa."

Apa maksud perkataan Bronovisko tersebut? Jelas ini merupakan suatu pengakuan dari seorang ahli matematika besar Amerika mengenai tingginya kedudukan Al-Hasan bin Al-Haitsam yang mengungguli kedudukan para pemikir dan ilmuwan Yunani yang tidak lupa disebutkan oleh goresan pena orang-orang Eropa. Pengakuan ini berarti bahwa Ibnul Haitsam-sekalipun dengan pemikiran ilmiahnya yang mudah, tetapi tidak diketahui orang lain-telah menemukan salah satu hakekat penting bagi ilmu dan alam, yaitu bahwa kerucut cahaya dari objek benda yang dilihat ke mata semakin menyempit ketika benda itu semakin jauh dari mata, dan kerucut cahaya ini semakin membesar ketika objek benda itu semakin dekat dengan mata. Karena itu, mata melihat benda yang dekat menjadi besar dan melihatbenda yang jauh menjadi kecil. Sebenarnya hal ini termasuk dari salah satu terapan ilmu matematika yang telah menciptakan "revolusi" dalam seni gambar, bahkan pada gilirannya menyebabkan ditemukannya aPa yang dikenal dengan sebutan "perspektiae drawing"ll. Inilah penemuan lain dari Ibnul Haitsam yang kurang diperhatikan olehbangsa Arab dan kaum muslimin. Lebih dari itu, saya juga tidak mendapatkan tanda-tanda dalam semua literatur Arab yang mengutip materi buku ini, apalagi kita akan mamPu menciptakan suatu penemuan seperti penemuan ilmuwan kita yang jenius ini

2 - METODE EKSPERIMEN YANG DIGUNAKAN OLEH IBNUL HAITSAM

Ibnul Haitsam adalah seorang ilmuwan yang aktif di laboratorium dan sering melakukan eksperimen. Dia mampu memberdayakan potensi akalnya untuk menginterpretasikan berbagai fenomena yang melingkupinya, sehingga dia memiliki gagasan yang logis dari hasil penelitiannya. Sebelumnya kita telah mengetahui hasil penelitian Ibnul Haitsam pada ruang gelap yang telah menciptakan revolusi pada kamera dan semacamnya. Karena itu tidak diragukan lagi bahwa metode eksperimennya yang didukung oleh amanat ilmiahnya dan pengetahuannya tentang ilmu filsafat dan logika menjadi faktoryang turut serta membentukcara berpikir ilmiahnya.

3 - IBNUL HAITSAM MENGGAGAS METODE ILMIAH

Di antara hasil kejeniusan Ibnul Haitsam adalah dia berhasil menggagas metode ilmiah (scientific method) yang menjadi aturan dalam melakukan penelitian ilmiah pada masa sekarang. Dari metode inilah dia dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerhana matahari, cahaya, dan perbintangan. Dalam bukubukunya kita dapatkan sesuatu yang menunjukkanbahwa ketika melakukan eksperimen, dia melihat, mengamati, membandingkan, dan menentukan sampel (metode sampling), sama dengan metode penelitian ilmiah yang digunakan pada saat ini. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah bahwa para sejarawan Barat mengatakan bahwa metode penelitian ilmiah ditemukan oleh seorang filsuf Inggris, Francis Bacon. Dan, ini tentu merupakan penipuan yang ditujukan kepada Ibnul Haitsam dan sikap tidak affair yang didasari oleh fanatisme kesukuan. Padahal seharusnya permadani ilmu dan peradaban harus bersih dari segala bentuk fanatisme' Barangkali karena para sejarawan Barat tidak mau penemuan ini diciptakan oleh ilmuwan Arab Muslim, sehingga mereka menganggaPnya sebagai penemuan pemikir Barat. Bahkan mereka memberi menyebut penemuan ilmiah ini dengan sebutan metode Bacon (Baconian method). Akan tetapi, bukti-bukti yang kuat menyatakan bahwa metode ilmiah ini ditemukan oleh Ibnul Haitsam. Berikut bukti-bukti tersebut:

  1. Bacon hidup antara tahun 1'561, - 1'626 M' Sedangkan Ibnul Haitsam hidup antara tahun 965 -1039 M. Ini berarti bahwa Ibnul Haitsam hidup lebih awal dengan selisih waktu 6 abad dari lahirnya Bacon
  2. Bacon hanyalah seorang filsuf teoritis dan bukan seorang ilmuwan. Sedangkan Ibnul Haitsam adalah seorang ilmuwan, aktif di laboratorium dan banyak membuat eksperimen yang selalu diulang-ulang dalam berbagai kondisi agar dapat menyimpulkan kaedahkaedah umum.
  3. Metode ilmiah Bacon tidak mencakup semua unsur penelitian. Sedangkan metode Ibnul Haitsam mencakup semua unsurpenelitian sehingga semPurna dan menjadi percontohan. Hal ini dapat kita lihat dari perkataan Profesor Qadri Thauqan dalam bukunya "Turatsul Arabi Al-llmi,"

"Saya baru saja tahu dari buku manuskrip Ibnul Haitsam tentang ilmu optik yang saya peroleh dari Profesor Ahmad Samih, bahwa Ibnul Haitsam adalah orang yang membuat dasar-dasarmetode ilmiah. Dia juga melakukan eksperimen untuk meyakinkan kebenaran dari suatu teori. Cara eksrpimen inilah yang kita praktikkan sekarang di sekolah-sekolah tingkat menengah dan atas."

Dia juga mengatakan dalam judul lain pada buku ini, "Saya katakan bahwa di antara para ilmuwan Arab ada yang mendahului Bacon dalam menemukan metode ilmiah. Bahkan metode yang ditemukan Bacon tidak memenuhi unsur-unsur penting yang harus ada dalam penelitian ilmiah."

Sedangkan unsur-unsur penting yang harus ada dalam penelitian ilmiah adalah; pengamatan, perbandingan, peninjauan, eksperimen, dan penentuan sampel. Saya berpendapat seperti pendapat yang lain bahwa cara penelitian seperti ini masih dipergunakan hingga sekarang. Akan tetapi setelah mempelajari buku "Kitab Al-Manazhir" darr komentar Profesor Musthofa Nazhift2 dan penjelasannya yang detil, maka benar bahwa Ibnul Haitsam telah mengetahui cara yang paling ideal. Dia menyarankan untuk melakukan Pengamatan, melakukan perbandingan, menentukan samPel, dan bersandar pada fakta yang ada, sebagaimana dalam metode penelitian ilmiah modern."

Inilah kesaksian Profesor Qadri Thauqan yang mungkin masih dapat diragukan karena dia adalah seorang pemikir Arab muslim. Akan tetapi kami akan memaparkan bukti lainnya yang dapat menepis keraguan tersebut, yaitu bahwa menurut sebagian sejarawan Batat, Bacon tidak pemah menerapkan metode ilmiah itu karena alasan yang sangat sederhana, yaitu bahwa dia hanyalah seorang filsuf teoritis dan pejabat negara. fadi bukan seorang peneliti. Selain itu, pada tahun 1660 Masehi atau sebelum Bacon meninggal, di Inggris dibangun lembaga riset ilmiah yang diberi nama "The Royal Society of London"l3 untuk menerapkan metode Bacon. Ini meniadi bukti kuat bahwa Bacon sendiri tidak pernah menerapkannya. Dengan demikian jelas bahwa metode ilmiah ditemukan oleh Al-Hasan bin Al-Haitsam. Dari pengetahuan yang dimiliki oleh Ibnul Haitsam, dia memang yang menemukan cara itu dan menerapkannya. Dalam hal ini kita memiliki dasar yang kuat yang berasal dari perkataan Ibnul Haitsam sendiri ketika dia berbicara di depan masjid Al-Azhar , u Ad'a dua tugas yang dipertimbangkan dalam ilmu; pertama, cara melakukan pengamatan hakekat ilmiah dan hukum-hukum yang bersifat umum, dan kedua , cara untuk mendapatkan nilai perbandingan yang dilakukan dengan bukti-bukti (dalil) dari hukum-hukum itu, apakah ia sesuai dengan realita yang ada atau tidak sesuai sehingga harus dibuang, dan hal itu tentu setelah melihat dan mempelajari hasil perbandingan tersebut."

Karena itu, tidakkah terasa sangat aneh, apabila para sejarawan Barat mengatakan bahwa metode ilmiah ditemukan oleh seorang filsuf teoritis Inggris yang tidak pernah berhubungan dengan penelitian ilmiah dan melakukan percobaan, padahal dia hidup pada masa belakangan tetapi pengetahuan tentang hal itu tidak lengkap, malah justru Ibnul Haitsam yang hidup jauh lebih dahulu darinya telah menguasai dan menerapkan metode ilmiah itu.

4 - METODE APLIKASI IBNUL HAITSAM

Metode yang kami maksud di sini bukanlah metode ilmiah yangbaru sa1'a kami jelaskan, melainkanyang kami maksud adalah metode aplikasi Ibnul Haitsam dalam bidang matematika untuk melakukan penelitian dalam ilmu optik, dan aplikasinya dalam ilmu cahaya untuk melakukan penelitian dalam ilmu astronomi, serta usahanya untuk menginterpretasikan berbagai penemuan ini. Perlu diketahui bahwa tidak semua usaha ini membuahkan hasil, karena hanya sebagiannya dari hasil penelitian itu yang benar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan alat ukur yang masihbelum memadai pada saat itu, dan bukan dikarenakan metodenya atau kemamPuannya untuk yang kurang teliti. Sebab bagaimana Pun suatu Penemuan sangat erat kaitannya dengan karunia yang diberikan oleh Tuhan.

Ibnul Haitsam merupakan contoh ilmuwan yang memiliki pemikiran besar yang tidak pernah membatasi diri dalam menciptakan suatu Penemuan. Dia telah banyak menemukan hal-hal penting dalam penelitaar,nya, seperti teori pemantulan dan pembiasan. Akan tetapi apa yang ditemukan oleh Ibnul Haitsam bukan suatu hasil yang final, melainkan sebagai titik permulaan untuk membuat penemuan yang sebenarnya. Barangkali perlu bagi kita untuk mengetahui usaha Ibnul Haitsam dalam memahami ketebalan lapisan atmosfer, agar kita berkesimpulan bahwa yang pertama, hanya dengan memikirkan usaha itu kemudian melakukannya merupakan dalil yang kuat bahwa dia mengetahui batasan lapisan atmosfer atau mengetahui bahwa udara yang melingkupi bumi membentuk lapisan tertentu, sebesar apapun ketebalannya, dan akan berakhir hingga batas tertentu. Pemikiran seperti ini sebenarnya merupakan suatu penemuan ilmiah yang sangatbesar, di mana para ilmuwan pada saat itu masih berdebat tentang hakekat langit. Kedua, bahwa ketika Ibnul Haitsam melakukan perbandingan, dia tidak langsung menggunakan cara-cara yang didasarkan pada Pengetahuannya dalam ilmu optik dan ilmu matematika, melainkan juga didasarkan pada pemikiran ilmiahnya yang ditopang oleh keberhasilannya dalam melakukan eksperimen dan keahliannya dalam menggunakan peralatan tekhnologi yang ada pada saat itu.

Eropa masih mengagungkan astronom asal Yunani, Eratosthenes yang pada abad ketiga sebelum Masehi telah mengukur luas bola bumi dengan menggunakan dua ukuran pada bayangan tongkat berkepala di Aswan dan Alexandria. Tidak diragukan, bahwa ini memang merupakan suatu penemuan ilmiah, akan tetapi para pemikir dan ilmuwan Eropa hendaknya mempergunakan ukuran yang sama ketika mereka melihat usaha yang dilakukan oleh Ibnul Haitsam pada saat mengukur ketebalan lapisan atmosfer berdasarkan pembiasan cahaya matahari. Namun yang sangat disayangkan, mereka mengingkari penemuan yang diprakarsai oleh para ilmuwan muslim dan mengklaimnya sebagai penemuan orang-orang Eropa.

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam