Aliran Salaf ini lahir kembali dalam abad ke IV H., digerakkan oleh penganut-penganut Hanbali, yang mengaku bahwa keyakinan berdasarkan pendirian Ahmad bin Hanbal, yang mula-mula ingin menghidupkan kembali ajaran Islam menurut keyakinan Salaf dan membasmi aliran-aliran yang bertentangan dengan itu.
Aliran Salaf ini digerakkan kembali dalam abad yang ke VII H. oleh Ibn Taimiyah, yang menjadikan aliran itu bahan terpenting dalam penyiaran agamanya. keyakinan ini mendapat sambutan dalam abad ke XII H. dari Muhammad bin Abdulwahab, yang dengan bantuan keluarga raja Alsa‘ud menyiarkan agama ini dengan kekerasan.
Pembicaraannya berputar sekitar tauhid, perkara penta‘wilan ayatayat muttsyabihat dalam Qur‘an, perkara berdo‘a di kuburan, masalahmasalah yang sebenarnya sudah pernah lahir dalam abad yang ke IV H.
Dengan ringkas orang menyebutkan, bahwa persoalan antara Asy'ari dan Salaf beredar sekitaf pendidikan menyatuhakan Tuhan (wahaninya’) yang sebulat-bulatnya. Orang-orang Salaf mengganggap persoalan wahdaniyat ini adalah dasar pertama dari Islam. Persoalan ini dibagi atas tiga pembicaraan, pertama wahdaniya’ zat dan sifat Tuhan, kedua wahdaniyat makhluk dan ciptaan, dan ketiga wahdaniyat dalam ibadah.
Semua aliran Islam sependapat, bahwa Allah Ta‘ala itu satu tunggal, tidak dapat diperbandingkan dengan sesuatu dan dia mendengar serta melihat. Adapun istilah tauhid, tanzih, tasyibih dan tajsim yang masing-masing berbunyi menunggalkan, membersihkan, menyerupakan dan memberi badan atau bentuk kepada Tuhan, adalah perkataan-perkataan yang diucapkan oleh aliran-aliran ke dalam Islam. Segolongan melekatkan suatu pengertian yang khusus untuk perkataan-perkataan itu, yang berlainan dengan aliran lain. Mu‘tazilah umpamanya menghendaki dengan tauhid dan tanzih menghilangkan semua sifat Tuhan, dan dengan tajsim dan tasybih menetapkan sifat-sifat itu ke pada Tuhan. Jika orang mengatakan, bahwa Tuhan melihat atau bahwa sifat Tuhan berbicara, mereka lalu mengganggap bahwa Tuhan itu diberi tajsim seperti manusia, sehingga banyak aliran-aliran ahli kalam itu menghendaki dengan pembelaannya tentang tauhid dan tanzih itu menghilangkan sifat-sifat khabariyah dan dengan tajsim dan tasybih menetapkannya.
Ahli-ahli filsafat mempunyai pengertian tentang tauhid yang berlainan dengan apa yang dimaksud Mu‘tazilah. Mereka menetapkan Tuhan tidak mempunyai sifat kecuali jenis salbiyah, idhafiyah atau yang disusun dari pada itu. yang dikehendaki dengan sifat Salbiyah seperti qidam, tidak ada permulaan dan baqa kekal, tidak ada penghabisan dan yang dikehendaki dengan idhafiyah ialah seperti sifat pengasuh sekalian alam, pencipta langit dan bumi, dan yang dikehendaki dengan sifat murakkabah, yang tersusun dari kedua sifat itu ialah segala sifat yang menentang segala yang baru bagi Tuhan.
Pertikaian paham ulama-ulama dalam pengertian-pengertian seperti itu tidaklah dapat dihukum mengkafirkan satu sama lain, karena pertikaian itu hanya merupakan perlainan pandangan, bukan pertikaian hakiki, dan oleh karena itu orang-orang Salaf tidak mau mengkafirkan orang yang berlainan pendapat dengan mereka, cuma menamakanya orang-orang yang menyeleweng, yang ke dalamnya dimasukkan ahli filsafat, aliran-aliran Mu’tazilah dan orang-orang Sufi, yang memperjuangkan ittihad, bersatu dengan Tuhan dan fana dalam zat Tuhan.
Jika Ibn Taimiyah menuduh aliran-aliran diatas ini orang-orang yang menyeleweng, lalu timbul pertanyaan, bagaimanakah pendirian aliran Salaf yang tidak menjeleweng itu? Ibn Taimiyah menerangkan, bahwa mazhab Salaf berpendirian dengan tidak ragu-ragu kebenaran Islam dengan mengimani semua yang ada dalam Qur’an dan Sunnah daripada sifat, nama, cerita dan berita, hal dan keadaan Tuhan sebagaimana yang dijelaskan. Mereka yakin, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, hidup dan tegak, mereka yakin bahwa Allah itu satu tunggal, lengkap dan cakap, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang sama dengan dia, mereka mengaku bahwa Tuhan mengetahui lagi bijaksana, mendengar dan melihat, mengetahui lagi berkuasa, perkasa dan bijaksana, pengampun dan pengasih, pengampun dan bermurah hati, mempunyai arasy yang jaya, berbuat apa yang dikehendakinya, Tuhan itu awal dan akhir, lahir dan bathin, mengetahui segala sesuatu, dia yang mendapatkan langit dan bumi dalam eman hari, kemudian bersemayam diatas arasy, mengetahui apa yang terjadi di bumi dan apa yang terjadi diluar bumi, yang turun dari langit dan yang terjadi dengan itu, ia bersamna kamu dimana kamu berada, ia melihat apa yang kamu kerjakan, percaya akan firman Tuhan yang menceritakan, bahwa Tuhan marah kepada orang kafir dan tidak menerima amalnya, rela kepada orang mu’min, marah kepada orang yang tidak percaya dan melaknatinya, menentang besar dosanya, Tuhan melindungi orang-orang yang beriman dan Malaikat dengan awan-awannya, Tuhan menyadikan bumi, arasy yang kemudian diangkat ke langit berupa asap, bumi dan langit tunduk kepadanya baik sukarela atau terpaksa, dll yang tersebut dalam ayat-ayat Qur’an yang tidak terhitung banyaknya, mengenai zat, asma, sifat dan af’al Tuhan. Orang Salaf pertjaja kepada kesemuannya itu dengan tidak membantah dan mentafsirkan atau mentakwilkanya untuk disesuaikan dengan akal manusia.
Dengan keyakinan ini orang-orang Salaf itu menetapkan kepercayaannya kepada apa yang disampaikan didalam Qur’an dan Sunnah-mengenai sifat-sifat Tuhan penonjolannya kepada manusia.
« Prev Post
Next Post »