Selasa, 17 September 2024

Agama Yahudi dan Ilmu Kalam

Kita ketahui bahwa pengaruh Yahudi dalam pergaulan, kebudayaan dan keyakinan Arab besar sekali sebelum kedatangan Islam, dan oleh karena itu tidak sedikit cara berfikir dan pengaruh itu masuk dalam kehidupan orang-orang Islam. Jalan perkembangan Islam dalam masa Nabi Muhammad dan sesudah wafatnya tidak dapat dipisahkan daripada persoalan-persoalan yang berasal dari carap berpikir orang Yahudi itu. Dalam tahun 1165 (560 H.) Ben Yamin menaksir jumlah orang Yahudi dalam kerajaan-kerajaan Islam selain Arab saja tidak kurang dari 300.000 jiwa banyaknya tersebar di sekitar daerah sungai Tigris dan Efrat, kemudian di pulau-pulau Ibn Umar, Musul, Ukbirah, Wasid, Bagdad, Hillah, Kufa dan Basarah dan banyak tersebar pula di negeri-negeri Persia, seperti Hamzan, Asfahan, Sjiras, Busujuah dan Samarkhand. Di Persia sampai sekarang masih terdapat dua buah kota dinamakan dengan bahasa Yahudi seperti Jirjan dengan Aslaha, begitu juga nama-nama gang dan kampung (Mu'jamul Buldan, pendaftaran pumpan Yahudi).

Begitu juga dalam daerah-daerah Islam sebelah Barat, seperti di Syam banyak sekali terdapat orang Yahudi yang bekerja sebagai orang yang kaya-kaya dan tabib-tabib yang termashur.

Zaman Rasulullah banyak orang Yahudi masuk Islam, sampai ada yang dianggap sebagai sahabat dan Tabi'in dan turut dalam peperangan dan pembangunan Islam dan menjadi orang Islam yang baik. Tetapi banyak pula yang hanya masuk Islam karena salah satu maksud. Sebaliknya banyak orang-orang Islam yang membaca dan menghafal kitab-kitab Injil dan Taurat pada ketika itu, sehingga isi dan bahasanya telah meresap kedalam jiwanya dan ucapannya sehari-hari. Ibn Sa'ad menceriterakan, bahwa Jilan bin Farwah ahli dalam kitab-kitab suci Yahudi dan Kristen. Maimunah anaknya membenarkan, bahwa ayahnya menamatkan bacaan Qur'an dalam tujuh hari dan kitab Taurat dalam enam hari. Abu Hurairah menciterakan, bahwa dalam masanya banyak Ahli Kitab membaca Taurat dalam bahasa Ibrani dan menciterakan isinya kepada orang-orang Islam dalam bahasa Arab.

Disampaikannya kepada Rasulullah, dan Nabi berkata: "Jangan kamu benarkan Ahli Kitab itu, tetapi jangan pula kamu mendustakannya. Katakan kepada mereka: Kami percaya yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kamu, baik Tuhan kami apa Tuhan kamu satu jua" (Bukhari). Banyak orang menciterakan, bahwa Wahab bin Munabbih pernah berkata: "Aku pernah baca 92 buah kitab, semuanya diturunkan dari langit, 72 dalam gereja atau kepunyaan orang, dan 20 buah hanya diketahui oleh beberapa orang saja" (Ahmad Amin, Dhuha! Islam, 1:350).

Kebudayaan Yahudi ini masuk ke dalam Islam dari berbagai jurusan, dari orang Yahudi yang sudah memeluk agama Islam, terutama. Muslimah dari Yaman, Ka'bul Akhbar dan Wahab bin Munabbih, diantaranya banyak menyadi sahabat dan tabi'in atau merupakan ahli sejarah (qassas), muballigh (quraa') dan ahli ceritera. Pada waktu yang akhir dikenal orang Abu Ubaidah Ma'mur bin al-Musanna.

Sebenarnya banyak isi Al-Qur'an yang pokok sama dengan kitab Taurat, misalnya mengenai beberapa persoalan manusia, terutama mengenai ceritera Nabi-Nabi. Tetapi gaya firmannya berlainan. Qur'an terutama menonjolkan pokok-pokok nasihat dan pelajaran, tidak memerinci sesuatu masalah sampai menyebut masa kejadian nama tempat atau nama-nama pribadi yang berlaku dalam kejadian itu. Qur'an tidak memasuki pembicaraaan yang terperinci sampai bahagian yang kecil-kecil, tetapi memilih pokok-pokok ajaran yang berguna sebagai ibarat bagi manusia.

Mari kita ambil sebagai conoth, ceritera Adam, sebagaimana tersebut dalam Qur'an surat Al-Baqarah:

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦ فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ٣٧ قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٣٨ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ ٣٩

"Berkata kami: "Hai Adam! Tinggallah engkau bersama perempuan engkau didalam sorga (kebun), dan makanlah oleh engkau berdua, buah sorga itu, dengan bersuka cita, menurut kehendak engkau dan janganlah engkau berdua mendekati pohon kayu ini. jika engkau dekati niscaya masuklah engkau ke dalam golongan orang-orang aniaya (35) Maka diperdayakan keduanya oleh setan, sampai dikeluarkan keduanya daripada kesenangan yang telah didapat oleh keduanya. Berkata kami: "Berangkatlah kamu sekalian! Antara kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan, dan bagi kamu, tempat kediaman aman di atas bumi, disanalah tempat kesenanganmu sampai mati (36) Maka Adam memperoleh beberapa kata (doa) daripada Tuhan, (meminta ampun) dan permintaan itu diperkenankan Allah, sesungguhnya Allah penerima tobat lagi penyanyang (37) Berkata kami: Berangkatlah kamu sekalianya dari dalam sorga, jika datang petunjuk aku kepada kamu, maka siapa mengikut petunjukku itu, niscaya tiada takut dan tiada berduka-cita (38) "Orang-orang yang kafir dan mendustakan ajat-ajat kami mereka itu ialah isi neraka. Mereka kekal didalamnya” (39)

Kita lihat, bahwa Qur'an tidak menentukan dimana tempat sorga, tidak pula menentukan macam pohon dilarang didekati dan dimakan oleh Adam, begitu juga tidak menentukan bagaimana bentuk setan yang menggoda Adam itu, bagaimana percakapan antara Adam sesudah ia diusir dari sorga. Tetapi Taurat memerinci hal ini, diantara lain disebut bahwa sorga itu terletak ditanah sebelah Timur, pohon yang dilarang itu tumbuh ditengah-tengah sorga dan bernama pohon kehidupan, bahwa yang dimaksudkan dengan pohon itu mengenal baik dan buruk, machluk yang berbicara dengan Hawa ialah seekor Ular; Tuhan mendendam kepada Ular yang menipu Adam dan Hawa sehingga dikutuknya selamanya berjalan diatas perut dan memakan tanah, selanjutnya kutukan Tuhan terhadap Hawa ialah bahwa wanita pertama ini dengan segala keturunannya merasa letih dan lesu dengan kandungan dan lain-lain sebagainya.

Maka masuklah pengaruh ini kepada Islam. Ahli-ahli tafsir kemudian memindahkan ceritera-ceritera ini kedalam kitab-kitabnya secara terperinci. Diceritakan Thabari, bahwa Wahab bin Munabbih mengemukakan suatu tafsir, bahwa pohon yang disebutkan dalam kitab suci itu senantiasa berbuah yang dimakan oleh Malaikat untuk mengabdikan dirinya dalam kesucian. Tatkala Iblis hendak mengeluarkan Adam dalam sorga, ia menempatkan dirinya dalam mulut ular, yang berkaki empat dan indah rupanya. Tatkala ular ini masuk kedalam sorga, loloslah ia kedalamnya dan keluar kembali dalam mulut ular serta berbicara dengan Adam dan Hawa menjuruh memakan buah tanaman sorga itu dan seterusnya. Konon lalu Tuhan berkata kepada Hawa: “Wahai Hawa! Engkau telah merugikan hambaku. Engkau akan memikul pikulan yang berat dalam perutmu serta menyabung jiwa tiap-tiap melahirkannya”. Konon Tuhan berkata pula kepada ular: “Wahai ular! Engkau kemasukan makhluk yang terlaknat dalam mulutmu, engkau merugikan hambaku; engkau terlaknat dan akan berjalan terus dengan perutmu, tidak ada makanan lain bagimu kecuali tanah dsb".

Riwayat ini pernah disampaikan juga dari Ibn Abbas. Dan barangsiapa membaca tafsir At-Thabari mengenai ajal ini, pasti ia akan mengambil kesimpulan, bahwa ceritera-ceritera itu berasal dari Taurat. Demikianlah pendapat Ahmad Amin dalam Dhuha/ Islam (Cairo, 1952). I: 352). Begitu juga pendapat Ibn Khaldun yang menerangkan, bahwa kebudayaan Yahudi Israiliyat, banyak sekali masuk ke dalam Islam dan tumbuh dalam masa-masa belakang an dalam uraian bermacam-macam kitab, misalnya dalam kitab Qishashul Anbiya, karangan As-Sa'abi .

Ibn Asir menceriterakan tentang diri Ahmad ibn Abi Daud, bahwa ia termasuk orang yang berkeyakinan Qur'an itu diciptakan manusia, sesuai dengan pendapat mazhabnya Mu'tazilah. la menerangkan bahwa paham ini diambil Ahmad dari Bisjir al-Muraisi, yang mengambil dari Al-Zaham ibn, Safwan, yang mengambil pula dari Al-ja' di bin Darham, berasal dari Aban bin Sam'an, yang mengambil dari Thalud, yang berasal dari Lubaid ibn al-A'sam, seorang Yahudi yang pernah mencoba melakukan guna-gunaan terhadap Nabi. Ibn AI-A'sam ini mengemukakan pendapatnya bahwa Taurat itu diciptakan manusia dan oleh karena itu orang-orang menyadikan dibelakangnya, bahwa Qur'an itu diciptakan oleh manusia.

Bahan-bahan perbandingan seperti ini selalu terjadi oleh orang Islam yang berpedoman kepada kebudayaan Yahudi. Yahudi berkata, bahwa mahkota kerajaan selalu harus diserahkan kepada keturunan Daud. Rafidhah berkata, bahwa mahkota kerajaan itu selalu harus diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib. Yahudi berkata, bahwa jihad atas jalan Allah tidak berhenti kecuali sesudah datang Al-Masih yang dinanti-nantikan turun dari langit. Kaum Rafidhi berkata, bahwa tidak berhenti jihad atas jalan Allah kecuali sesudah keluar AI-Mahdi, yang turun dari langit.

Demikianlah banyak aliran-aliran Mu'tazilah itu, terutama Rafidhi, mengambil ajaran dari Yahudi dan memasukkannya kedalam Islam, seperti mentachirkan sembahyang magrib, membelokkan talak tiga sekaligus, tidak mengakui iddah wanita yang bercerai, menghalalkan darah orang Islam yang menentangnya, mengubah-ubah Qur'an membenti jibril, menyalankan jibril menurunkan wahju kepada Nabi Muhammad yang mestinya kepada Ali bin Abi Thalib.

Kita lihat banyak sekali persoalan-persoalan ilmu kalam yang ditumbuhkan dari paham-paham Yahudi. Dan diantara ahli-ahli Ilmu Kalam terdapat orang-orang asalnya Yahudi, seperti Bisyr al-Muraisyi, Harun bin A'war, meskipun sudah masuk Islam masih banyak sekali menggunakan perkataan dari bahasa Yahudi dalam ajarannya.

Diceriterakan bahwa paham Nasikh dan Mansukh dalam Qur'an juga berasal dari Nasikh dan Mansukh dalam Taurat. Persoalan sifat Tuhan yang serupa dengan sifat-sifat manusia juga menurut Ahmad Amin dalam kitabnya tersebut diatas berasal dari persoalan-persoalan yang dikemukakan oleh Yahudi, tidak saja mengenai ayat-ayat Qur'an yang bersifat mutasyabih, tetapi banyak hadís-hadis yang menurut Syahrastani diperbuat oleh orang Yahudi untuk menguatkan pendirian tentang pengertian tasbuh itu seperti hadis yang menerangkan Nabi Muhammad pernah bertemu dengan Tuhan dan bersalam-salaman dll. juga dalam ilmu tasawwuf banyak sekali dimasukkan ajaran yang berasal dari Yahudi, misalnya perkataan seorang itu apabila sudah baik hanya memerlukan sedikit makan dan hati manusia apabila sudah baik hanya memerlukan sedikit hikmah.

Ahli-ahli sejarah seperti Syaufan, menerangkan, bahwa banyak bahagian dari ceritera Seribu Satu Malam berasal dari Yahudi Orang-orang Yahudi meskipun menyerahkan dirinya sebagai orang Islam tidak mau meninggalkan agamanya, bahkan berikhtiar menarik orang-orang Islam kepada agama Yahudi.

Oleh karena itu banyak ayat-ayat Qur'an memperingatkan yang dimasukkan dan dipersiapkan Yahudi kedalam Islam. Begitu juga banyak hadis-hadis Nabi yang mengandung peringatan semacam itu. Diantara lain Rasulullah pernah memperingatkan : "Kamu akan mengikut jalan orang-orang sebelummu, sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jika mereka masuk kedalam liang buaja sekalipun kamu akan menurutinya".

Tatkala sahabat bertanya, siapakah orang-orang itu, Yahudikah atau Nasranikah, Rasulullah menyawab: "Siapa lagi?” (lih. Ahmad Amin Dhuha/ Islam, Cairo 1952, I: 356).

Sumber: Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam buku "Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam)". halaman 25-29, Cetakan I, Januari Tahun 1966 M, Penerbit Tintasmas, Jakarta

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam