Nama pendirinya yaitu Abul Hasan Ali Asy-Syazili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Siti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia lahir di Amman, salah satu desa kecil, di Afrika, dekat desa Mensiyah, di mana hidup seorang wali besar Sufi Abdul Abbas Al-Marsi, seorang yang tidak asing lagi namanya dalam dunia tasawuf, kedua-dua desa itu terletak di daerah Maghribi. Syazili lahir kira-kira dalam tahun 573 H. Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan, bahwa Syazili mempunyai perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak meman- jang pula, jari-jari langsing seakan-akan jari-jari orang Hejaz. Menurut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abul 'Aza'im, ringan lidahnya, sedap didengar ucapan-ucapannya, sehingga kalau ia berbicara pembicaraannya itu mempunyai pengertian yang dalam.
Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakan Syazili, ia menjawab bahwa pertanyaan semacam itu pernah dikemukakan kepada Tuhan dalam faananya. Konon Tuhan mengatakan: "Ya, Ali. Aku tidak menamakan dikau dengan nama Syazili, tetapi dengan nama Syazz, yang artinya jarang, karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku".
Memang Syazili termasuk salah seorang Sufi yang luar biasa, seorang tokoh Sufi terbesar, yang dipuja dan dipuji di antaranya oleh wali-wali kebathinan dalam kitab-kitabnya, baik karena kepribadiannya maupun karena fikiran dan ajaran-ajarannya. Hampir tak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguatkan sesuatu uraian atau pendirian. Dalam menggambarkan sifat-sifat Syazili, Muhammad Al-Maghribi menerangkan, bahwa Tuhan telah menganugerahkan kepada Syazili tiga perkara yang belum pernah dicapai oleh orang-orang sebelumnya dan oleh orang-orang sesudahnya, yaitu dia dan penganut-penganutnya tertulis namanya dalam Lauhul Mahfuz, bahwa orang-orang yang majzub di antara golongannya kembali kepada dasar kejadian manusia yang suci, dan bahwa qutub-qutubnya berjalan abadi sampai hari kiamat.
Konon ia lahir sudah diumumkan oleh beberapa ulama Sufi, bahwa akan lahir di Mesir seorang yang dinamakan Muhammad, yang akan mengadakan pembukaan ilmu dan rahasia kegaiban di tempat itu yang akan masyhur dan dikenal orang dalam zamannya, akan lahir seorang pemuda yang sangat tinggi adabnya dan perilakunya, bermazhab Hanafi, bernama Muhammad bin Hasan, yang pada pipi sebelah kanan terbayang cahaya yang putih seperti awan, yang warna kulitnya semi putih dan pada matanya terpancar cahaya yang gilang-gemilang, dan ia dilahirkan sebagai anak yatim yang miskin.
Memang sejak kecil ia telah menunjukkan sifat-sifat saleh dan sufi, ia memakai khirqah yang dianugerahkan dari dua orang gurunya yang terbesar, seorang bernama Abu Abdullah bin Harazim, yang seorang lagi bernama Abdullah Abdussalam ibn Masjisy, yang kedua-duanya penganut dari khalifah Abu Bakar dan dari khalifah Ali bin Abi Thalib.
Dari sejarah hidupnya kita ketahui, bahwa ia pada waktu kecil pergi dari tempat lahirnya ke Tunis, dan sesudah belajar beberapa waktu di sana ia pergi ke negara-negara Islam sebelah timur, di antaranya mengunjungi Mekkah dan melakukan ibadat haji beberapa kali, kemudian dari sana barulah ia bertolak ke Irak. Syazili menceritakan : "Tatkala aku masuk ke Irak pertama kali bergaul dengan Abdul Fatah Al-Wasithi. Di Arab terdapat banyak syeikh yang sedia mengajar. Tatkala aku minta ditunjukkan seorang guru yang berkedudukan quthub, orang mengatakan kepadaku, bahwa guru yang aku cari itu ada di negeriku sendiri. Maka kembalilah aku ke Magrib, sehingga dengan demikian aku bertemu guruku Abu Muhammad Abdussalam, yang sedang berta pa di atas puncak sebuah gunung. Aku segera mandi pada suatu mata air di bawah gunung itu, dan tatkala aku keluar dari dalam telaga mata air itu aku merasa ilmu dan amalku sudah bertambah. Aku segera men dekati gunung untuk menemui guruku itu sebagai seorang fakir yang mencari ilmu pengetahuan. Tatkala ia melihat kepadaku, ia lalu berka ta : "Marhaban, ya Ali!" Kemudian ia menceriterakan panjang lebar tentang keturunanku sampai berhubungan dengan Rasulullah. Sedang aku mendengar dengan keheranan".
Syazili dianggap sebagai seorang wali yang keramat. Di antara ceri teranya mengenai persoalan ini, Syazili menerangkan bahwa ia dalam sebuah mimpi pernah bertemu dengan Nabi Muhammad, yang berkata kepadanya : "Hai Ali! Pergilah engkau masuk ke negeri Mesir, di sana engkau akan mendidik empat puluh orang siddiqin". Oleh karena pada waktu itu hari sangat panas, Syazili konon mengeluh, dengan katanya : "Ya, Rasulullah! Hari sangat panas dan terik". Nabi berkata "Ada awan yang akan memayungi kamu semua!" 'Aku berkata pula: "Aku takut akan kehausan". Nabi menjawab "Anight akan menurunkan huian untukmu tiap hari!" "Kemudian Nabi menjanjikan daku dalam perjalananku itu dengan tujuh puluh macam keramat".
Pada kesempatan yang lain Syazili menceriterakan bahwa tatkala ia mendatangi gurunya sebagai murid, lalu gurunya mengatakan kepadanya: "Engkau datang kepadaku karena ingin mendapat ilmu dan pertnjuk dalam amal? Ketahuilah bahwa engkau ini adalah salah seorang daripada guru dunia dan akhirat yang terbesar!" Syazili mengemukakan keheranannya, dan lebih-lebih pula ia menjadita'jjub, tatkala sesudah beberapa hari ia tinggal di tempat itu, ia melihat pemberian Tuhan mengenai kecerdasan yang luar biase, yang merupakan di luar adat kebiasaan dan yang merupakan keramat khusus baginya. Tatkala pada suatu kali ia hendak menanyakan kepada gurunya tentang Ismul A'Zam, dengan tiba-tiba seorang anak kecil iatang kepadanya dan berkata dengan lancarnya : "Apa engkau hendak menanyakan gurumu tentang Ismul A'Zam? Tidakkah engkau ketahui bahwa engkau sendiri Ismul A'Zam itu ?
Sebuah tarekat yang terbentuk menurut namanya Syaziliyah, merupakan suatu tarekat yang silsilahnya sambung-menyambung sampai kepada Hasan anak Ali bin Abi Thalib, melalui Ali bin Abi Thalib sampai kepada Nabi Muhammad saw, salah sebuah tarekat yang dikatakan termudah mengenai ilmu dan amal, mengenai ihwal dan maqam, ilham dan maqal, dengan mudah dapat membawa pengikut-pengikutnya kepada jazab, mujahadah, hidayah, asrar dan keramat. Tidak begitu berbeda dengan tarekat Naksyabandiyah.
Menurut kitab-kitaban tarekat Syaziliyah tidak meletakkan syarat-syarat yang berat kepada Syeikh tarekat, kecuali mereka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang diwajibkan, melakukan ibadat-ibadat sunnat sekuasanya, zikir kepada Tuhan sebanyak mungkin, sekurang-kurangnya, seribu kali sehari semalam, istighfar sebanyak seratus kali; selawat kepada Nabi sekurang-kurangnya seratus kali sehari semalam, serta beberapa zikir lain. Kitab Syaziliyah meringkaskan sebanyak dua puluh adab, lima sebelum mengucapkan zikir, dua belas dalam mengucapkan zikir, dan tiga sesudah mengucapkan zikir. Akan kita bicarakan dalam bahagian lain dari kitab ini.
« Prev Post
Next Post »