Sebelumnya, telah dijelaskan detail tentang roh yang menjadi perangkat penting dalam dzikir Naqsyabandi, jenis, ragam dan metode dzikir yang berkembang di kalangan mereka. Silahkan klik link dibawah ini untuk mengetahui penjelasan tersebut...
Link : Dzikir dan Latihan Jiwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah (1)
✼✼✼
Akan tetapi yang dimaksud dengan ’’Latifatul Qalbi’’ itu, bukanlah jantung jasmani tadi. Dia adalah ’’Lathifah Rabbaniyah’’ yang sangat halus dan bernasab kepada ’’Alamul Amri’’, yaitu alam yang tinggi.
- Dia tidak dimiliki oleh segala manusia.
- Dialah Roh yang suci dan berpengaruh dalam tubuh insan.
- Dialah hakekat insan (yang dinamakan diri sebenarnya diri).
- Dialah yang dapat mengetahui akan segala hal.
- Dialah yang bertanggung jawab, dan dipuji atau dicerca oleh Allah.
- Dialah induk daripada Lathifah-Lathifah yang lain.
- Dialah tempat penuangan "ilham" dan "faidi" (limpahan Ilahi).
- Dialah yang dapat mendekati Tuhan apabila dibersihkan dari segala najis ma’nawi serta dihiasi dengan zikirullah.
Dialah tempat jatuh penilikan Tuhan sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw yang artinya : ’’Sesungguhnya Allah tiada menilik rupa dan hartamu tetapi hatimulah ditiliknya (HR. Bukhari - Muslim).
Di sinilah orang yang rindu dendam akan Tuhan bakal mendapatkannya sebagaimana telah ditunjukkan Allah sendiri kepada Nabi Musa a.s. ketika beliau bertanya katanya :."Tuhanku di manakah saya akan mendapatkan Engkau?”’ Allah berkata : ’*Engkau akan mendapatkan Aku dalam hati yang pecah karena rindu kepada-Ku".
‘Untuk membuktikan betapa pentingnya membersihkan "Lathifatul Qalbi" itu, Nabi Muhammad saw bersabda :
"Di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging, apabila ia baik, baiklah seluruh jasad, dan apabila ia binasa, binasalah seluruh jasad, ketahuilah dia itu ialah hati’.
Setelah kita tahu, bahasa hatilah yang berpengaruh dalam tubuh kita, setelah kita tahu bahasa hatilah yang menjadi pokok dan sumber dari segala macam perbuatan anggota yang baik dan yang jahat, maka kita tahu bahasa hatilah tempat jatuh penilikan Tuhan yang menjadi raja dalam tubuh kita Lathifah Roh tarekat-tarekat sunnah Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim a.s. Letaknya dua jari di bawah susu kanan dan condongkan ke sebelah kanan. Berhubungan dengan rabu jasmani. Cahaya merah yang tak dapat dihinggakan.
Di sinilah terletak sifat ’*bahimiyah’’ (binatang jinak) yaitu sifat penurut, syahwat yang hanya akan membawa ke arah bersenang-senang semata-mata tanpa mengingat akan akibatnya.
Lathifah Sir ini terletak dua jari di atas susu kiri dan condong ke dada. Cahaya putih yang tak dapat dihinggakan tarekat/sunnah Nabi Musa.
Dikenderai hati jasmani (hati besar).
Apabila zikir murid berjalan baik dalam lathifah ini maka lenyaplah dengan pertolongan Allah suatu sifat ’’sabi’iyah’’. (binatang buas) yang melekat pada kemanusiaannya. Sifat tersebut apabila dapat mempengaruhi seseorang, maka sudah tentu ia akan berbuat perbuatan binatang buas pula, umpamanya berbuat segala apa yang menjadikan perpecahan, permusuhan, membenci sesamanya dengan jalan yang tidak hak, aniaya dan menindas kepada yang lemah.
Di sinilah murid memperbanyak zikirullah, sehingga tercapailah apa yang disebut ’Fana’afizzat” pada sisi Ahli Shufiyah, yaitu menyaksikan dengan mata bathin bahasa telah lenyap dan musnah zat segala sesuatu, kecuali zat Tuhan yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan maha suci ia dari segala sifat kekurangan, kelemahahan dan sebagainya. Pada Lathifah ini murid zikir 1.000 kali membaca kalimah ’’Allah Allah’’.
Lathifah Khafi berwarna hitam yang tak dapat dihinggakan. Ia terletak dua jari di atas susu kanan dan condong ke dada. Lathifah ini dikendarai limpa jasmani, tarekat/sunnah Nabi Isa Al-Masih a.s.
Di sinilah letaknya sifat ’’Syaithaniyah”’ yaitu sifat yang sesuai perangai syaitan menjadi orang pendengki, khianat, busuk hati pepat di luar runcing di dalam, telunjuk lurus kelingking berkait, menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring dan sebagainya.
Manusia yang telah dipengaruhi oleh sifat ’’Syaithaniyah’’ akan menjadi pengrusak dunia, pengacau keamanan dan ketenteraman umum. Pendek kata sifat itu adalah suatu sifat yang akan membawa segala kecelakaan dan kebinasaan dunia dan akhirat.
Maka ke dalam lathifah inilah zikir ’’Allah Allah’’ itu dipalukan dengan sekuat-kuatnya sehingga terbakar dan hanguslah sifat-sifat tersebut dari dalam hati kita.
Di sinilah murid akan dapat merasakan ’*fana’’ yang keempat kalinya, yaitu ’’fana fisshifatissalbiyah’’, namanya. Pada Lathifatul khafi ini murid zikir 1.000 kali membaca kalimah Allah Allah. Kesimpulan dalam Lathifatul Khafi ada 2 sifat kejahatan yaitu Hasad (dengki, busuk hati, dan munafiq, dan di situ ada sifat kebaikan yaitu sifat syukur ridia, sabar (tawakkal).
Lathifah Akhfa terletak di tengah-tengah dada, berhubungan dengan empedu jasmani. Cahayanya hijau yang tak dapat dihinggakan, tarekat/sunnah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Setelah zikir murid berjalan lancar dalam lathifah ini, timbul rasa *isyq’’ (rindu) akan Junjungan kita Muhammad saw, sehingga sering-sering rohaniyah beliau itu mengunjunginya, terkadang-kadang dalam mimpi, dalam wirid dan zikir terkadang-kadang waktu bangun, waktu sadar.
Hal yang demikian, bukanlah mustahil lagi bagi orang yang telah dapat melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw yang dapat melihat dan menyaksikan rohaniyah Rasulullah saw itu pada tiap-tiap sesuatu dan banyak lagi hal-hal yang serupa itu, yang hanya akan mentertawakan orang yang anti tarekat, jika diceriterakan ke luar.
Dalam Lathifah ini bersarangiah sifat ’’Rabbaniyah’’ (ketuhanan), seperti sombong, ’ujub (membanggakan diri), riya’, Sum’ah dan sebagainya.
Maka di sinilah murid memperbanyak zikir ’’Allah Allah’’ dengan memenuhi syarat-syaratnya, sehingga tercapailah empat macam fana, tersingkirlah sifat-sifat yang buruk yang membatalkan amal-amal baik itu. Pada Lathifatul akhfa murid zikir 1.000 kali membaca kalimah ’* Allah Allah’’. Kesimpulan dalam Lathifatul akhfa ada 4 sifat kejahatan, yaitu pertama ria, kedua takabur ketiga ’ujub, dan keempat sum’ah. Dan di situ ada 4 sifat kebaikan : pertama ikhlas, kedua khusyu’, ketiga tadarru’, keempat diam (tafakkur).
Lathifah Nafsu Natiqah terletak di antara dua kening. Cahayanya gilang-gemilang yang tak dapat dihinggakan. Dikendarai otak (benak) jasmani.
Inilah dia yang disebut ’’Annafsu marah’’, (nafsu yang selalu menyuruh akan kejahatan). Dengan dia itu kita disuruh berperang.
Tepat benar sabda. Nabi saw yang artinya : ’’Musuhmu yang sebenar-benarnya, ialah nafsu yang ada pada dirimu’’. (Hadits).
Walhasil apabila ’’Lathifatulnafsi Natiqah’’ ini tidak kita cuci sebersih-bersihnya maka yakinlah bahasa sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kita.
Pada dewasa ini betapa banyaknya orang yang dihinggapi penyakit tersebut yaitu penyakit masyarakat yang berbahaya, yang harus kita berantas sampai ke akar-akarnya. Maka sesungguhnya penyakit tersebut tetap menjadi perintah dan penghalang untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera aman, damai, makmur dan bahagia, karena masyarakat yang semacam ini hanyalah dapat diujudkan di atas dasar keadilan, kejujuran dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh hawa nafsu dan syaitan.
Pada Lathifah inilah murid berzikir dengan sebanyak-banyaknya serta pukulan yang sekeras-kerasnya, sehingga terbakarlah sifat-sifat dan hawa nafsu itu dengan api zikrullah.
Kesimpulan dalam Lathifatul Nafsu Natigah ada 2 sifat kejahatan yaitu di situ ada khayal-khayal (gambar) alam seumpama gambar perempuan dan uang dil., dan kedua panjang angan-angan kewas-wasan, di situ 2 sifat kebaikan yaitu : tenteram, tenang pikiran.
Lathifah ’’Lathifatul Kullu Jasad’’ yaitu lathifah yang mengendarai di seluruh tubuh jasmani. Cahayanya gilang-gemilan; yang tidak dapat dihinggakan.
Dalam lathifah inilah letaknya sifat ’’jahil’? dan ’’gaflah”’ (kebodohan dan kelalaian) yang telah dilarang oleh Allah SWT dengan firman-Nya : ’’Janganlah engkau termasuk golongan yang lalai’’ (Qur’an).
Apabila murid senantiasa berzikir pada lathifah ini, mengalirlah zikir itu ke seluruh tubuhnya yaitu dari ujung rambut kepala, hingga ke telapak kakinya.
Inilah dia yang disebut ’’Sulthanul Azkar”’ pada sisi ahli shufiyah.Karena apabila ditetapkan zikir dalam lathifah ini, menjalarlah zikir itu di seluruh tubuh dan bercampur dengan darah, daging, tulang belulang dan sumsum.
Itulah kebahagiaan yang tidak ada bahagia di atasnya lagi.
Itulah keni’matan yang tidak ada ni’mat di atasnya lagi.
Itulah petunjuk Allah. Allah menunjuki dengan dia siapa saja yang dikehendakinya. Dan siapa yang disesatkan Allah tak adalah orang yang dapat menunjukinya. Pada Lathifatul Kullu Jasad ini murid zikir 1.000 kali membaca kalimah ’’Allah Allah’’. Kesimpulan dalam Lathifatul Kullu Jasad ada 2 sifat kejahatan, yaitu jahil dan lalai (lengah), dan 2 sifat kebaikan yaitu ilmu dan amal.
Jadi jumlah zikir pada 7 Lataif (7 tempat) banyaknya 5.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 + 1.000 = 11.000.
Demikianlah tersebut dalam kitab Rahasia Mutiara Tharekat Naksyabandiyah (Bukittinggi, 1956), karangan Dr. Syeikh H. Jalaluddin.
Sumber: Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam buku "Pengantar Ilmu Tarekat". halaman 3330-334, Cetakan III, Januari 1985 M, Penerbit Ramadhani, Solo, Jawa Tengah
« Prev Post
Next Post »