Sabtu, 20 Juli 2024

Dzikir dan Latihan Jiwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah

Dzikir merupakan kunci setiap amalan seluruh tarekat yang berlaku di kalangan umat Islam. Dzikir Naqsyabandiyah memiliki corak dan versi pelatihan yang unik dan fenomenal. Jenis dzikir ini bersifat khofi, atau lembut dan rahasia. Dan dzikir ini memiliki perlakuan khusus terhadap jiwa, hati dan roh.

Mengenai Roh dalam tarekat Naksyabandi, saya petik sbb.

Roh ataupun Malaikat bukanlah ia laki-laki dan bukan perempuan, bukan berdarah dan bukan berdaging, bukan bertulang-belulang, dan Roh itu memenuhi ruang, dan tiadalah Roh itu dikandung waktu dan tempat. Roh itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Roh itu kekal tidak akan mati, ia hidup selama-lamanya. Sebelum diadakan Nabi Adam dan Hawa, roh itu telah ada. Bahkan roh terdahulu diadakan Allah daripada langit dan bumi. Biarpun roh itu berapa banyaknya dan berapa besarnya, dapat bertempat pada ruang yang sempit. Keadaannya seolah-olah seperti cahaya, berapa pun besarnya dapat juga masuk dalam sebuah tempat. Misalnya dalam sebuah bilik yang bertutup, laksana sebuah lampu yang bernyala, maka cahaya sinarnya dapat masuk ke dalam bilik itu. Jika kiranya kita masukkan lagi beberapa buah lampu dan kita pasang (nyalakan) di dalamnya, maka cahaya lampu itu pun dapat juga diterima dalam bilik itu, yakni bilik itu tidaklah menjadi sesak sebagaimana cahaya lampu-lampu itu tidaklah menyesakkan bilik itu. Inilah misalnya roh itu yang mudah kiranya kita pikirkan yang keadaannya berlawanan dengan keadaan badan kasar (benda). Roh itu sekalipun berupa sebagaimana rupa yang dipunyainya,tetapi ia tidaklah berdarah, berdaging, berkulit, bertulang dan sebagai nya, seperti badan kasar, dan tidaklah ia dipengaruhi oleh tanah, api,air, angin dan sebagainya seperti badan kasar. Roh itu dapat berpindah-pindah ke tempat yang jauh dengan sendirinya, tidak menghajatkan kendaraan atau alat yang digunakan untuk mengangkutnya. Jadi singkatnya keadaan roh itu tidaklah seperti keadaan badan kasar. Roh itu dapat berbentuk dan berupa seperti bentuk dan rupa manusia, tetapi bukan seperti bentuk dengan mata kepala kita. Roh manusia yang mengikuti kepada dan rupa manusia yang kasar (tubuh kasar) yang biasa kita lihat jasad itu setelah itu meninggalkan jasad (tubuh kasar) itu.

Roh yang ada pada diri manusia adalah laksana kawat yang menghubungkan antara jasad dan roh, seolah-olah ether menghubungkan antara alam benda dan alam roh. Roh yang ada pada diri manusia itu seperti badan kasarnya tercipta serupa bayangan yang bersamaan dengan sifatnya, bentuknya dan bangunnya. Ibarat gambaran dari sebuah rumah, yang kemudian itu didirikan menurut lukisan dari gambar itu.

Roh yang ada pada diri manusia ity yang membawa orang hidup berpindah-pindah ke mana-mana tempat sewaktu-waktu sedang tidur atau sedang dalam mimpi, ia mengerjakan beberapa pekerjaan, dengan tidak ditinggalkan oleh jiwanya. Dengan demikian, maka seseorang dapat melihat, dan bisa melihat dan mengerjakan beberapa macam pekerjaan dalam waktu beberapa detik saja, sedang pekerjaan-pekerjaan itu jika dikerjakan oleh badan kasar menghendaki waktu-waktu berbulan- bulan atau masa lama. Roh itu suatu jisim yang halus, yang berhubungan erat dengan jisim yang kasar, bagaikan percampuran air dengan kayu (tumbuh-tumbuhan) yang hijau. Roh itu ialah semacam jauhar (unsur bersinar) yang berupa lagi halus, 1a memikul kekuatan hidup dan panca indera serta bergerak dan bersemangat.

Roh bangsa binatang itu ialah sebangsa unsur yang bersekutu atau berhubungan rapat dengan tubuh kasar, di kala tidur putuslah dan lenyaplah cahanya dari luar tubuh, dan tidak lenyap dari dalamnya. Roh itu suatu jisim (tubuh) yang bukan seperti tubuh kasarnya, ia sebangsa jisim nur (cahaya) yang tinggi serta halus dan senantiasa bergerak meresap di dalam anggota tubuh, dan berjalan di dalamnya, bagaikan jalannya air di dalam bunga mawar, atau jalannya minyak dalam pohon zaitun atau seperti cahaya api di dalam arang. Adapun roh yang istimewa bagi manusia (tidak ada pada makhluk bangsa binatang) ialah suatu atau sejenis benda yang bercahaya bagaikan unsur yang bersinar, yang dapat memikul beban hidup, dan yang menyebabkan anggota-anggota tubuh kasar serta panca indera mempunyai perasaan serta kemauan. Memang soal roh ini hingga kini belum ada seorang pun manusia yang dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dan ahli ilmu, baik dari iingkungan kaum Muslimin maupun dari para ahli filsafat bangsa Eropah, senantiasa dalam pertikaian paham dan perselisihan pendapat.

Roh itu tidak dikurung (dipenjarakan) dalam tubuh kasar manusia, dan tidak dilepaskan di luar badan manusia, tidak bercerai dengan badan kasarnya, yakni Roh itu berhubungan dengan badan. Bagaimana hakikat perhubungan roh dengan badan, Allah yang tahu. Siapa mengenal rohnya, atau jiwanya, atau dirinya, berarti ia telah mengenal Allah.

Badan kasar seolah-olah sangkar, dan roh itu sebagai burung. Kalau roh itu tidak mengingati Allah, maka Syaitan iblis dapat membisik kan kepada roh, agar manusia itu mengerjakan larangan Allah. Kalau roh itu lupa kepada Allah, maka dikatakan roh itu sakit pekak, bisu dan buta. Dari itu ahli tharikat Naqsyabandiyah mengajar mendidik rohnya, agar roh itu lancar mengerjakan 17 mata pelajaran yang telah dimiliki.

Jika murid-murid ikhlas menerima talkin (bai’at) ilmu tarekat Naksyabandiyah, insya Allah dengan mudah dan yakin, ’ainul yaqin, haqqul yaqin akan membenarkan Isra’ dan Mi’ra) Nabi Muhammad saw.

Jika roh itu sakit, bisu, pekak, dan buta, ia diobati dengan mengingati Allah. Roh yang mengingati Allah, tidaklah akan sakit, bisu, pekak dan buta.

Dalam Qur’an nama Tuhan ada 99 nama, padahal nama zat Tuhan kita hanya satu yaitu Allah, Allah, Allah, sedang yang 98 macam lagi adalah nama dari sifat Allah. Sifat Allah bukanlah 98 macam, bahkan lebih dari 98 macam, hanya yang disebutkan dalam Qur'an 98 nama sifat Tuhan kita. Nama nabi kita bukanlah Muhammad saja, bahkan nama Muhammad pun banyak pula.

Adapun nama roh itu bukanlah roh saja, bahkan amat banyak pula, yakni menurut sifat-sifat dari roh itu. Di antara lain-lain roh dinamai seperti yang tersebut di bawah ini.

  1. Roh itu dikatakan hati Rohani.
  2. Roh itu dikatakan hati Nurani.
  3. Roh itu dikatakan hati Rabbani.
  4. Roh itu dikatakan hati Sanubari.
  5. Roh itu dikatakan akal (pikiran).
  6. Roh itu dikatakan hati yang batin.
  7. Roh itu dikatakan Nyawa (jiwa).
  8. Roh itu dikatakan Sukma.
  9. Roh itu dikatakan Nafsu, (nama nafsu 7 macam).
  10. Roh itu dikatakan Rahasia Allah.
  11. Roh itu dikatakan Jufi (rongga).
  12. Roh itu dikatakan Sudur (dada).
  13. Roh itu dikatakan Qalbi (hati).
  14. Roh itu dikatakan Fuad.
  15. Roh itu dikatakan Syagafa.
  16. Roh itu dikatakan Insa.
  17. Roh itu dikatakan Sir (Rahasia Allah).
  18. Roh itu dikatakan Latiful Qalbi, 5.000 + membaca Allah Allah Allah.
  19. Roh itu dikatakan Latiful Roh, 1.000 + membaca Allah Allah Allah.
  20. Roh itu dikatakan Latiful Sir, 1.000 + membaca Allah Allah Allah.
  21. Roh itu dikatakan Latiful Khafi, 1.000 + membaca Allah Allah Allah.
  22. Roh itu dikatakan Latiful Akhfa, 1.000 + membaca Allah Allah Allah.
  1. Roh itu dikatakan Latiful Nafsu Natiqah, 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  2. Roh itu dikatakan Latiful Kullujasad, 1.000 + membaca Allah Allah Allah.
  3. Roh itu dikatakan Nurullah, Nur Zatu’llah, Nur Sifatullah,Nur Asma Allah.
  4. Roh itu dikatakan Nur Muhammad/Nur Baginda Rasulullah.
  5. Roh itu dikatakan Latiful Rabbaniyah Ruhaniyah.
  6. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah Allah Allah Allah.
  7. Roh itu dikatakan tempat tertulis Kalimah La Ilaha Illallah.
  8. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli nama Allah.
  9. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli ’af’alullah (Af’alullah).
  10. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli sifatullah.
  11. Roh itu dikatakan seolah-olah cermin tajalli zatullah.
  12. Roh itu dikatakan juga Nafu Muthma’inah atau Jjiwa-jiwa yang tenteram, jiwa yang tenang, jiwa yang bersih, jiwa yang suci, perhatikan Q.S. Al-Fajri ayat 27.
  13. Roh itu dikatakan juga Nafsu Ammarah lihat Q.S. Yusuf ayat 53
  14. Roh itu dikatakan juga Lawwamah lihat Q.S. Qiyamah ayat 2.

Sebab banyak kebutaan roh itu, maka banyak pula namanya. Bagi ahli tarekat Naqsyabandiyah yang tersebut No. 18 — 19 — 20 — 21 — 22 — 23 — 24 yakni 7 latifah (7 tempat, 7 maqam, 7 derajat) diberi makan 11.000 kali membaca kalimat Allah, dengan tata tertib yang sudah ditentukan pada sisi tarekat Naqsyabandiyah.

Roh yang buta diobati dengan kalimah Allah 11.000 kali, atau 7 xali 11.000 siang dan 7 kali 11.000 malam. Demikianlah jika roh itu berpenyakit bisu (kelu), berpenyakit pekak atau tuli, dan lain-lain penyakit yang menghinggapi roh itu, obatnya tidak lain, tidak bukan, hanyalah diobati dengan zikru’llah.

Perhatikan sabda Nabi Muhammad saw bunyinya :

Maksudnya kira-kira : Dengan mengerjakan zikirullah hilanglah segala penyakit hati (roh).

Mata pelajaran zikir-zikir dalam tarekat Naksyabandiyah ada 17 macam, mata pelajaran pertama sampai mata pelajaran keenam belas, dilaksanakan dengan roh semata-mata, sedang mata pelajaran yang ketujuh belas yakni tahlil lisan, dilaksanakan dengan roh dan lidah Jasmani. Di antara 17 mata pelajaran tarekat Naqsyabandiyah, maka di sini akan diuraikan secara agak mendalam mata pelajaran kedua, yakni zikir Latif.

Zikir Latif ialah mengerjakan zikir pada 7 tempat, lihat kembali nama roh yaitu roh dari No. 18 — 19 — 20 — 21 — 22 — 23 — 24 yaitu :

  1. Roh yang dikatakan Latiful Kalbi (hati Sanubari) di situ zikir 5.000.
  2. Roh yang dikatakan Latiful Roh, di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  3. Roh yang dikatakan Latifatul Sir, di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  4. Roh yang dikatakan Latiful Khafi, di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  5. Roh yang dikatakan Latifatul Akhfa, di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  6. Roh yang dikatakan Latiful Nafsu Natiqgah, di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.
  7. Roh yang dikatakan Latiful Kullu Jassad, yakni roh yang meliputi seluruh tubuh (badan) di situ zikir 1.000 membaca Allah Allah Allah.

Kemudian murid melaksanakan tidur istikharah pada malam Jum’at (petang Kemis) atau malam Senin (petang Ahad). Jika dalam tidur itu murid telah mendapat natijah/shamrah tidur istikharah, maka kepa da murid itu ditalkinkan zikir pada hati Sanubari (latifatul Qalbi) banyaknya 5.000 dalam sehari semalam. Begitulah terus-menerus murid itu mengerjakan zikir 5.000 dalam 24 jam. Jika murid itu masuk suluk, zikir pula Latifatulkalbi dikerjakan murid 70.000 amalan, lamanya 10 hari. Pada hari kesebelas murid itu disuruh mengerjakan zikir Lataif, yakni zikir Latifatulkalbi dan ditambah mengerjakan pada 6 Latifah lagi.

Latifatul Qalbi berhubungan dengan jantung jasmani, pada hal jantung manusia itu bergerak (berdenyut-denyut) dalam 1 menit 70 kali berarti dalam 24 kali lebih kurang 100.000 kali jantung itu bergerak-gerak (berdenyut-denyut). Kenyataan jantung itu bergerak dapat kita raba dengan tangan kita, yakni tekankanlah tapak tangan kita di bawah susu (tetek) kiri pasti dapat kita rasai gerak jantung itu. Kalau jantung itu tidak bergerak, maka orang itu dikatakan telah mati.

Adapun jantung itu terletak di bawah susu kiri dan condong ke kiri, dia dibangsakan kepada "Alamussyahadah" dan dapat dilihat dengan mata kepala, serta dipunyai juga oleh segala manusia dan binatang.

Lalu, apakah yang dimaksud "Latifatul Qalbi" adalah jantung jasmani beserta efek detaknya dalam terminologi Tarekat Naqsyabandiyah?, ataukah terdapat pemaknaan lain yang berlaku dan berkembang di kalangan para sufi Naqsyabandi?.. Kita akan mengetahuinya dalam artikel lain. Silahkan klik link dibawah ini untuk mengetahui penjelasan detail tentang dzikir dan latihan jiwa ala tarekat Nqsyabandiyah

Link : Dzikir dan Latihan Jiwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah (2)

Sumber: Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam buku "Pengantar Ilmu Tarekat". halaman 324-329, Cetakan III, Januari 1985 M, Penerbit Ramadhani, Solo, Jawa Tengah

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam