Rabu, 08 Januari 2025

Sofyan Ats-Tsauri

Abu Abdullah Sufyan bin Said al-Tsauri lahir pada tahun 97 H (715 M) di Kufah dan belajar pertama kali di bawah bimbingan ayahnya. Kemudian dia berguru kepada banyak ulama, hingga mencapai kemahiran yang tinggi di bidang Hadist dan ilmu Kalam. Tahun 158 H (775 M) ia berseberangan dengan penguasa dan terpaksa pergi bersembunyi di Mekkah. Ia meninggal pada 161 H (778 M) di Basrah. Ia mendirikan madrasah fiqh yang bertahan selama sekitar dua abad, menjalankan kehidupan zuhud dengan ketat sehingga ia dianggap oleh para sufi sebagai orang suci. 

SUFYAN AL-TSAURI DAN PARA KHALIFAH 

Kesalehan Sufyan al-Tsauri terlihat sejak ia masih berada di dalam kandungan ibunya. Suatu hari ibunya sedang berada di atas loteng rumah. Si ibu mengambil beberapa asinan yang sedang dijemur tetangganya di atas atap dan memakannya. Tiba-tiba Sufyan al-Tsauri yang masih berada di dalam rahim ibunya itu menendang sedemikian kerasnya sehingga si ibu mengira bahwa ia keguguran. 

Diriwayatkan bahwa yang menjadi khalifah pada masa itu ketika shalat di depan Sufyan al-Tsauri memutar-mutar kumisnya. Setelah selesai shalat, Sufyan al-Tsauri berseru kepadanya: 

“Engkau tidak pantas melakukan shalat seperti itu. Di Padang Mahsyar nanti shalatmu itu akan dilemparkan ke mukamu sebagai sehelai kain lap yang kotor.” 

“Berbicaralah yang sopan,” tegur si khalifah. 

“Jika aku enggan melakukan tanggung jawabku ini,” jawab Sufyan al-Tsauri, “Semoga kencingku berubah menjadi darah.” 

Khalifah sangat marah mendengar kata-kata Sufyan al-Tsauri ini, lalu memerintahkan agar ia dipenjara dan dihukum gantung. “Agar tidak ada orang lain yang seberani itu lagi kepadaku.” Jelas si khalifah. 

Suatu hari tiang gantungan dipersiapkan, Sufyan al-Tsauri masih tertidur lelap dengan kepala berada dalam dekapan seorang manusia suci dan kakinya di pangkuan Sufyan bin Uyaina. Kedua manusia suci yang mengetahui bahwa tiang gantungan sedang dipersiapkan, bersepakat: “Jangan ia sampai mengetahui hal ini.” Tetapi ketika itu juga Sufyan al-Tsauri terjaga. “Apakah yang sedang terjadi?” tanyanya. 

Kedua manusia suci itu terpaksa menjelaskan walau dengan sedih sekali. 

“Aku tidak sedemikian mencintai kehidupan ini,” kata Sufyan al-Tsauri. “Tetapi seorang manusia harus melakukan kewajibannya selama ia berada di atas dunia ini.” 

Dengan mata berlinang-linang Sufyan al-Tsauri, berdoa: “Ya Allah, sergaplah mereka seketika ini juga!” 

Pada saat itu sang khalifah sedang duduk di atas tahta dikelilingi oleh menteri-menterinya. Tiba-tiba petir menyambar istana dan khalifah beserta menteri-menterinya itu ditelan bumi, “Benar-benar sebuah doa yang diterima dan dikabulkan dengan seketika!” Kedua manusia suci yang mulia itu berseru. 

Seorang khalifah yang lain naik ke atas tahta dan ia percaya kepada kesalehan Sufyan al-Tsauri. Si khalifah mempunyai seorang tabib yang beragama Nasrani. Tabib ini adalah seorang guru besar dan sangat ahli. Khalifah mengirim tabib itu untuk mengobati penyakit Sufyan al-Tsauri Ketika tabib memeriksa air kecing Sufyan al-Tsauri, ia berkata di dalam hati. “Inilah seorang manusia yang hatinya telah berubah menjadi darah karena takut kepada Allah. Darah keluar sedikit demi sedikit melalui kantong kemihnya.” Kemudian ia menyimpulkan. “Agama yang dianut oleh seorang manusia seperti ini tidak mungkin salah.” 

Sitabib segera berpindah kepada agama Islam. Mengenai peristiwa ini khalifah berkata: “Kusangka aku mengirimkan seorang tabib untuk merawat seorang sakit, ternyata aku mengirim seorang sakit untuk dirawat seorang tabib yang besar.” 

ANEKDOT-ANEKDOT MENGENAI SUFYAN AL-TSAURI 

Suatu hari Sufyan al-Tsauri bersama seorang sahabatnya lewat di depan rumah seorang terkemuka. Sahabatnya terpesona memandang serambi rumah itu. Sufyan al-Tsauri mencela perbuatan temannya itu. 

“Jika engkau beserta orang-orang yang seperti engkau ini tidak terpesona dengan istana-istana mereka, niscaya mereka tidak bermegah-megah seperti ini. Dengan terpesona seperti itu engkau ikut berdosa di dalam sikap bermegah-megah mereka.” 

Seorang tetangga Sufyan al-Tsauri meninggal dunia, Sufyan al-Tsauri pun pergi untuk membacakan doa pada pemakamannya. Setelah selesai, terdengar olehnya orang- orang berkata: “Almarhum adalah seorang yang baik.” 

“Seandainya kau ketahui bahwa orang-orang lain menyukai almarhum,” kata Sufyan al-Tsauri, “Niscaya aku tidak turut di dalam penguburan ini. Jika seseorang bukan munafik, maka orang-orang lain tidak akan menyukainya!” 

Suatu hari Sufyan al-Tsauri salah memakai pakaiannya. Ketika hal ini dikatakan kepadanya, ia segera hendak memperbaiki pakaiannya tetapi cepat-cepat dibatalkannya pula niatnya itu, dan berkata, “Aku mengenakan pakaian ini karena Allah dan aku tak ingin mengubahnya hanya karena manusia.” 

Seorang pemuda mengeluh karena tidak sempat menunaikan ibadah haji. Sufyan al-Tsauri menegurnya: “Telah empat puluh kali aku menunaikan ibadah haji. Semuanya akan kuberikan kepadamu asalkan engkau mau memberikan keluhanmu itu kepadaku.” 

“Baiklah,” si pemuda menjawab. 

Malam harinya dalam mimpi Sufyan al-Tsauri mendengar sebuah suara yang berkata kepadanya: “Engkau memperoleh keuntungan yang sedemikian besarnya sehingga apabila dibagi-bagikan kepada semua jamaah di Padang Arafah, niscaya setiap orang di antara mereka menjadi kaya raya.” 

Suatu hari ketika Sufyan al-Tsauri sedang memakan sepotong roti lewatlah seekor anjing. Anjing itu diberinya roti sepotong demi sepotong. Seseorang bertanya kepada Sofyan Ats-Tsauri: 

“Mengapa roti-roti itu tidak engkau makan beserta anak isterimu?” 

“Jika anjing ini kuberi roti,” jawab Sofyan Ats-Tsauri, “niscaya ia akan menjagaku sepanjang malam sehingga aku bisa beribadah dengan tenang. Jika roti ini kuberikan kepada anak isteriku niscaya mereka akan menghalangi diriku untuk beribadah kepada Allah.” 

Pada suatu ketika Sufyan al-Tsauri melakukan perjalanan ke Mekkah, ia dipikul di atas sebuah tandu, Selama di dalam perjalanan, Sufyan al-Tsauri menangis terus-menerus. Seorang sahabat yang menyertainya bertanya. 

“Apakah engkau menangis karena takut akan dosa-dosamu?”. 

Sufyan al-Tsauri mengulurkan tangannya dan mencabut beberapa helai jerami. 

“Dosa-dosaku memang banyak, tetapi semuanya tidaklah lebih berarti daripada pegangan jerami imanku apakah benar-benar iman atau bukan.” 

Betapa cintanya Sufyan al-Tsauri terhdap semua makhluk Allah. Suatu hari ketika berada di pasar, ia melihat seekor burung di dalam sangkar. Si burung mengepak-ngepakan sayap dan mencicit-cicit dengan sedihnya. Sufyan al-Tsauri membeli burung itu lalu melepaskannya. Setiap malam burung itu datang ke rumah Sufyan al-Tsauri, menunggui Sufyan al-Tsauri apabila ia sedang shalat dan sekali-kali hinggap di tubuhnya. 

Ketika Sufyan al-Tsauri meninggal dunia dan mayatnya diusungkepemakaman, siburungikut pula mengantarkannya dan seperti pengantar-pengantar yang lain ia pun mencicit- cicit sedih. Ketika jenazah Sufyan al-Tsauri dimasukkan ke dalam tanah, si burung menyerbu masuk ke dalam kuburan itu. Kemudian terdengarlah suara dari dalam kuburan itu: 

“Allah Yang Maha Besar telah memberi ampunan kepada Sufyan al-Tsauri karena telah menunjukkan belas kasih kepada makhluk-makhluk-Nya.” 

Si burung mati pula menyertai Sufyan al-Tsauri. 

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam