Kamis, 05 September 2024

Ritual Tarekat Al-Haddad

Ratib Haddad itu sangat sederhana, terdiri daripada bacaan fatehah, ayat Al-Kursi, Ayat Amanar Rasulu, Surat Al-Ikhlas dan dua surat Al-Qur’an berikutnya dan tujuh belas bacaan, yang terdiri daripada tahlil, tasbih, istigfar, salawat, taauwuz, basmalah dan do’a-do’a yang lain, yang semuanya disusun dan dipilih oleh penciptanya, Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad, yang dianggap qutub mursyid. Semuanya wirid dan do’a itu dipilih aras dasar hadits-hadits yang mutawatir sebagaimana yang dibentangkan dalam Sullamut Thalib, Syarah ratib Haddad, diterbitkan di Jakarta, karangan Sayyid Ali bin Abdullah Al-Haddad.

Oleh karena sangat sederhana dan mulahnya, maka ratib tarekat ini banyak diamalkan orang di Hadramaut dan Indonesia dll., yang kebanyakan dikunjungi oleh orang-orang Arab dari Hadramaut itu. Wirid ini dibacakan sesudah sembahyang, terutama sesudah sembahyang Subuh, baik secara perseorangan, maupun secara beramai-ramai. Jika dilakukan beramai-ramai bacaan itu biasanya dipimpin oleh Imam sembahayang, yang tentu dipilih dari orang yang terutuma, dan disahuti bersama-sama oleh yang hadir. Tiap-tiap bacaan dibacakan tiga kali, bacaan yang pertama mengenai pengakuan tidak ada Tuhan melainkan Allah sendiri, yang tidak ada saingannya, baginya seluruh kerajaan langit dan bumi, baginya kembali seluruh puji dan syukur, berkuasa dalam menghidupkan dan mematikan sesuatu ciptannya. Bacaan yang kedua mengenai tasbih dan tahmid serta takbir, mempersucikan, memuji dan menagungkan Tuhan, yang memang suatu bacaan yang sangat dianjurkan Nabi; sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits, diantaranya diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Malik bin Anas. Bacaan yang ketiga hampir bersamaan isinya, terambil dari hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah, Jabir bin Abdullah dan Abu Umar. Bacaan yang keempat mengenai permintaan taubat dan ampunan, suatu ucapan yang sangat dianjurkan oleh Nabi karena ia sendiri melakannya setiap hari sampai tujuh puluh kali. Demikian diceritakan dalam hadits-hadits, di antaranya oleh Ibn Umar.

Bacaan yang kelima mengenai selawat dan taslim kepada Nabi Muhammad, sebagaimana diperintahkan dalam Qur'an dan dipohonkan oleh Nabi. Sesudah itu kita bertemu dengan zikir yang keenam permohonan melindungi diri pada Tuhan dari semua kejahatan-kejahatan. Perbuatan ini juga sebagai kata Imam Harawi sangat dipuji Tirmidi, Ibn Sunni dalam kitabnya. Bacaan yang ketujuh berisi tasmiyah, yang dianjurkan oleh agama dilakukan pada tiap perbuatan baik, sambil mengharapkan kehilangan kesukaran dan kemudaratan dengan ucapan nama Allah itu. Fadilatnya di antara lain diceritakan oleh Usman bin Affan.

Zikir yang kedelapan berisi penyerahan diri kepada Allah, pengakuan menerima Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi. Dengan demikian dilanjutkan zikir ini dengan bacaan yang kesembilan, di mana tersebut pengakuan bahwa tiap yang baik dan yang buruk itu berasal dari Allah. Di dalamnya juga terdapat pengakuan berterima kasih kepada Tuhan, yang menentukan Qadha dan Qadarnya, yang tidak dapat diubah oleh manusia. Maka kita lihatlah dalam zikir yang kesepuluh pengakuan percaya dengan sungguh-sungguh kepada Allah dan hari kemudian serta bertaubat lahir dan bathin dengan sesungguh nya, sebagaimana yang dianjurkan dalam Qur'an dan dalam Sunnah Nabi.

Dalam zikir yang kesebelas berisi permohonan minta ampun dan maaf serta pembersihan diri dari semua dosa. Dalam keterangan disebutkan oleh Nabi, yang selalu memperingatkan amal itu kepada pamannya Abbas menurut riwayat Sitti Aisyah. Selanjutnya do'a yang tersebut dalam zikir kedua belas ialah: "O, Tuhanku yang perkasa dan pemurah, matikanlah kami dalam agama Islam". Berbeda dengan yang lain bacaan ini diucapkan tujuh kali. Diceriterakan bahwa lafad "jalal dan ikram" yang tersebut dalam zikir ini dipetik dari ayat Qur'an dan hadits, begitu juga permintaan dimatikan dalam agama Islam pun ber-asal dari ayat Qur'an yang berbunyi. "Janganlah kamu mati terlebih dahulu, sebelum kaum seluruhnya Islam dan menyerah diri kepada Tuhan"

Bacaan yang ketiga belas berisi do'a untuk menghindarkan diri dari kejahatan orang-orang yang zalim. Nama Tuhan yang disebutkan dalam bacaan ini terambil dari Asma’ul Husna. Kemudian kita bertemu dalam zikir yang keempat belas dengan do’a Rasulullah yang memohonkan kepada Tuhan, agar dibereskan semua pekerjaan orang Islam, dan dihilangkan semua rencana musuh yang menyakitinya. Pun do’a yang tersebut dalam bacaan yang kelima belas tersusun dari nama-nama Tuhan dari Asma’ Ul Husna, yang dianjurkan kepada manusia berdo'a dengan nama-nama Tuhan yang indah itu agar diperkenankan.

Berlainan dengan zikir keenam belas, yang berisi keluhan hamba kepada Tuhannya, agar dilepaskannya daripada kebimbangan dan kesukaran, agar diampuni dan dikasihani. Khalifah Abu Bakar selalu ber-do 'a dengan do’a itu.

Istigfar yang tersebut dalam bacaan ketujuh belas, yang diucapkan empat kali, dapat dianggap sebagai penutup tarekat ini. Kalimat itu berbunyi : "Aku minta ampun kepada pencipta yang maha Agung, agar Engkau ampuni dosaku".

Pada akhir ratib dianjurkan mengucapkan tahlil sekurang-kurangnya dua puluh lima kali, banyaknya tidak terbatas. Kemudian disudahi dengan syahadat tauhid dan syahadat rasul, meminta kerelaan untuk Nabi Muhammad keluarganya yang suci, sahabat-sahabatnya yang mulia, isteri-isterinya yang bersih serta tabi' in di belakangnya. Sesudah membaca tiga kali surat Ikhlas dan sekali masing-masing surat berikut-nya, dibacakanlah Fatihah, di antaranya untuk Sayyid Muhammad bin Ba Alawi, untuk Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al Had-dad dan untuk guru-guru yang lain serta kaum muslimin seluruhnya. Do’a yang dibaca sesudah itu sangat pendek dan sederhana, bersi-hon bantuan agar Tuhan memberikan kebahagiaan dan perlindungan.

Sebelum bubar didengungkannya bersama-sama sebanyak tiga kali : " ”Ya Tuhanku kami pohonkan rela-Mu dan anugerah sorga. Kami berlindung pada-Mu daripada kemurkaan-Mu dan azab neraka"

Sumber: Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam buku "Pengantar Ilmu Tarekat". halaman 371-373, Cetakan III, Januari 1985 M, Penerbit Ramadhani, Solo, Jawa Tengah

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam