Senin, 24 Juni 2024

Kitab dan Karangan Ibnu Arabi

Semasa hidupnya, Ibnu Arabi, sangat aktif menuangkan pemikiran dan keilmua hasil pengalaman spiritual yang selama ini dalah sebuah karya ilmiah yang sangat berpengaruh besar bagi perkembangan keilmuan tasawuf di masa-masa yang akan datang. Aboebakar Atjeh, mencatat dalam bukunya...

Tidak boleh kita lupakan, bahwa Ibn Arabi dalam fiqh berpegang kepada mazhab Az-Zahiri, sepaham dengan Ibn Hazm, tetapi sangat menentang taqlid, dalam tasawwuf berpegang kepada pendirian Wihdatul WuJud, semua Tuhan dan alam menjadi satu, tak ada yang mewujudkan melainkan Allah saja, dan sete- lah saya ikuti beberapa karangannya, saya menyangka, bahwa mazhab i ‘tikadnya ialah Jabarijah atau mendekati Jabarijah. Sebagai seorang anak Andalus yang terpelaJar dan mempunyai pergaulan luas, juga mengunjungi hampir seluruh negara-negara Islam yang terpenting dalam masa hidupnya, kitab dan karangan-karanganya bermutu tinggi dan tersiar luas dalam kalangan ulama-ulama Islam, meskipun tidak kurang beroleh kecamanan dan serangan dari kanan kiri, bahkan ancaman akan membunuhnya.

Sebagaimana kita terangkan diatas kitab dan karangan-karanganya itu tidak terlepas dari pokok-pokok pendirianya, di- samping semuanya bersifat mistik, kelihaian ia bebas mentafsirkan ayat Quran dan Hadis secara zahir, tidak mau tunduk kepada secara pengertian atau paham ulama sebelumnya, terlepas daripada ikatan mazhab dan berpendirian, bahwa Tuhan-lah yang mempunyai kemauan dan kekuatan maha tinggi, sehingga manusia tidak berdaya upaya apa-apa. Dalam bidang inilah Ibn Arabi menjadi besar dan masyhur, dan terutama karena filsafatnya ialah tersiar Pantheisme dalam ajaran tasawwuf, sehingga ia digelarkan Syeikhul Akbar dalam bidang hakikat dan menyebut namanya dengan penuh homat.

Sebagaimana orang Sufi biasa Ibn Arabi menganggap ilmu syari'at itu hanya dipelajari sekedar perlu, karena dia melihat lebih jauh dengan ajaran tasawwufnya akan arti penyembahan manusia dan alam dalam bidang hakikat yang lebih mendalam, sehingga banyak orang menuduh dia zindiq atau murtad dengan pendiriannya dalam Wahdatul Adyan, kesatuan agama dalam penyembahan makhluk kepada khaliknya.

Bagi mereka yang telah bergemilang dengan orang-orang Sufi dan memahami ajaran-ajarannya, akan tidak kaget, apabila disana sini dalam kitabnya Ibn Arabi menerangkan ia bermimpi bertemu dengan Tuhan atau dengan Nabi Muhammad, yang memberikan kepadanya sesuatu pujian berkenaan dengan perjuangannya.

Dalam kital Futuhatul Makkiyah, karangannya yang terpokok mengenai tasawwuf, diterangkan, bahwa ia pernah bertemu dengan Tuhan. Tatkala la bertanya kepada Tuhan, mengapa ia menjadikan Ibn Arabi seperti kepada manusia, konon Tuhan berkata, bahwa la berbuat sesukanya. Seorang yang belum mengenal kehdupan Sufi dan tidak meyakini kehidupan wali-wali, akan segera mengambil keputusan, bahwa Ibn Arabi berbuat sesuatu sebagai orang gila atau seorang syirik. Begitu juga, bahwa kita dapati ceritanya dalam pendahuluan kitabnya yang bernama Fushushul Hikam, bahwa ia pernah melihat dan bertemu dengan Rasulullah di Damaskus pada akhir 10 bulan Muharram tahun 627, sedang ditangannya ada kitab Fushushul Hikam. Rasulullah berkata: "Ini kitab Fushushul Hikam. Terimalah dan siarkanlah kepada semua manusia, agar mereka beroleh manfaat". Aku berkata, katanya, bahwa : "Dengan segala patuh dan taat bagi Allah dan Rasulnya dan bagi Ulil Amri yang memerintahkan daku. Maka kutetapkanlah keyakinanku, kuikhlaskan niatku, qasad dan hasratku, untuk menyelesaikan kitab itu, sebagai yang digariskan oleh Rasulullah dengan tidak berlebih dan berkurang. Ia datang dari Allah, dengarlah ... dan kembali kepada Allah, kamupun akan kembali kepadanya".

Kali yang ketiga konon ia bertemu Nabi-Nabi pada suatu tempat dalam tahun 586 H. tetapi ia tidak brbicara dengan Nabi-Nabi itu kecuali dengan Nabi Hud. Ia berkata: "Nabi Hud itu seorang yang halus pergaulannya, paham segala persoalan, banyak beroleh ilmu dan mukasyafaf dari Tuhan. Ia mentafsirkan kepadaku firman Tuhan yang tersebut dalam Qur-an: "Tidak ada sesuatu yang merangkak dimuka bumi ini, melainkan adalah ia (Tuhan) yang menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku itu ada di atas jalan yang lurus" (Quran XI : 56), yang konon sangat membesarkan hatinya beroleh tafsiran itu atas kurnia Tuhan melalui salah seorang Nabinya. Cerita inipun disebutkan dalam kitab Fushushul Hikam. Kata Ibn Arabi selanjutnya, bahwa tatkala Tuhan sudah memperlihatkan kepadaku Haq dan memperlihatkan kepada-ku 'Ain Rasul-Rasul dan Nabi-Nabi, semuanya manusia sejak dari Adam sampai kepada Nabi Muhammad; lalu ia menetap di Cordova dalam tahun 586, dan tidak seorang yang berbicara dengannya melainkan hanya Nabi Hud yang memberikan dia beberapa tafsiran.

Kitab Futuhatul Makkiyah, yang merupakan karya pokok dan buah tangannya yang terpenting dalam bidang ilmu tasawwuf, dan yang diringkaskan oleh seorang ulama besar, Sya'rani (mgl. 973 H), terdiri dari 560 bab, diantara mana 559 bab merupakan intisari dari seluruh isi kitab itu. Pernah Ibn Arabi pada suatu kali bertanya kepada temannya Ibn Faridh, apakah ia sedia memberikanta tafsir mengenai kitabnya Ta'iya, Ibnal Faridh (mgl. 632 II) menjawab, bahwa tafsir untuk kitab itu sudah ada, yaitu kitalb Futuhatul Makkiyah, karangan Ibn Arabi sendiri. Kitab Futuhatul Makkiyah dicetak di Bulaq dalam tahun 1274, di Cairo dalam tahun 1329, kedua-duanya di Mesir. Saya merasa berbahagia dapat membaca kitab ini, dan dapat mempelajari pendapat Ibn Arabi langsung dari karyanya sendiri.

Lebih menggemparkan dunia fiqih dan gerakan Salaf ialah kitabnya Fushushul Hikam, yang katanya naskah itu berasal dari Nabi Muhammad diterimanya dalam mimpi. Memang Fushushul Hikam inilah yang terutama dijadikan alasan oleh musuh-musuh Ibn Arabi untuk mengkafirkannya, sebagaimana Nazam Suluk Ta'ijah untuk mengkafirkan lbnul Faridh. Kitab ini mengupas persoalan-persoalan mengenai hakikat Tuhan dan Insan, dalam susunan bahasa yang demikian dalam filsafatnya, sehingga banyak menimbulkan salah pengertian dalam kalangan ulama ulama fiqih dan ulama-ulama yang termasuk aliran Salaf, seperti Ibn Taimiyah, yang membenci kepada ilmu tasawwuf. Serangan-serangan terhadap kitab ini akan kita bicarakan dalam bahagian khusus dari risalah ini. *)

Dalam tahun 598 H (1201-1202 M) ia kembali lagi ke Mekkah. Ia berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan sangat terpelajar. Ibn Arabi demikian tertarik kepadanya sehingga sekembali dari sana tahun 611 H (1214-1215) ia menulis sekumpulan sajak yang berisi kecerdasan, kecantikan dan pergaulan wanita itu dengan cara dan bahasa yang sangat menarik sekali. Dalam tahun berikutnya ia memperpanjang karya ini dengan komentar yang bersifat mystik. Baik nasehatnya maupun komentarnya diterbitkan kembali dalam bahasa Inggeris oleh R.A. Nicholson (The Tarjuman al-Ashwaq. a Collection of Mystical Odes, in Or. Transl. Fund, New Ser., vol XX (London, 1911).

Selain daripada Fushushul Hikam banyak kitab-kitab Ibn Arabi yang penting yang hilang karena tidak disalin dan dicetak kembali. Di Eropa dikenal orang sebuah kitabnya mengenai istilah Sufi yang diterbitkan bersama-sama Ta'rifat, susunan Al-Jurjani, diterbitkan oleh Flügel dalam tahun 1845, sebuah naskah pendek masih tersimpan di Glasgow MS., yang dinamakan kitab Al-Ajwbia, yang sudah pula diterbitkan dalam bahasa Inggris (JRAS 1901), dan juga satu kumpulan karangan yang diterbitkan oleh H.S. Nyberg, dengan nama Kleinere Schriften des Ibn Arabi (Leiden, 1919).

Moulvi S.A.Q. Husaini menerangkan beberapa nama kitab karya Ibn Arabi dalam buku biografinya The Great Muslim Mystic and Thinker Ibn Al-Arabi itu. Di antaranya ia menerangkan, bahwa kitab Futuhatul Makkiyah yang diringkaskan oleh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani bernama Al-Yawaqitu wal Jawahir lengkap mengulangi garis-garis besar tentang isi kitab karya pokok. Sya’rani juga menulis di dalam kitab ini beberapa keterangan untuk mempertahankan isinya dan pengarangnya dari serangan-serangan musuh Ibn Arabi.

Husaini Juga menerangkan, bahwa R.A. Nicholson pernah mempelaJari kita Fushushul Hikam dan menguraikan beberapa isinya dalam Studies in Islami Mysticism. Fushushul Hikam dibahagi ya atas dua puluh tuJuh bab menurut nama Nabi-Nabi. Khaja Khan pernah membuat keringkasan terjemahan ke dalam bahasa Inggris dan memberi nama Wisdom of the Prophets.

Kedua kitab Futuhat dan Fushush akan kita bicarakan kembali dalam uraian yang lebih lengkap. Kitab-kitab Ibn Arabi yang lain menurut Husaini adalah Masyhadul Asrar, Matali’ul Anwaril Ilahiyah, yang ditulisnya dalam tahun 1209 M., Insya’ud Domair mengenai kedudukan manusia dalam ciptaan dan alam, 'Uqdatul Mustafid, mengenai uraian tentang penduduk langit dan bumi, 'arasy dan kursi, bulan bintang dan bumi secara mistik, Tukhafus Safwah, tentang mencari ilmu Tuhan, Hilytaul Abdal, mengenai petunJuk bagi orang-orang yang salih, ditulis di Tha’if dekat Mekkah dalam tahun 1202 M, Kimyaus Sa'adah, tentang sifat-sifat yang baik mengenai iman kepada Tuhan, Ifadlah, mengenai tiga pokok dasar ilmu Tuhan, akal dan perasaan, selanjutnya ada karangan mengenai Ali bin Abi Thalib, mengenai filsafat angka, Muhadaratul Abrar, mengenai kesusasteraan, Kitabul Akhlaq, mengenai budi pekerti, Amar Muhakkam, mengenai hukum, Majmu’ur Rasail Al-Ilahiyh, mengenai persoalan hakkikat dan ma’rifat, Mawaqi'in Nujum, yang ditulis di Maria dikala ia mengunjungi kota ini dalam tahun 595 H., semunya kebanyakan terambil dari kitab C. Huart, A. History of Arabic Literature.

Tetapi Al-Maqarri menerangkan juga nama-nama kitab Ibn Arabi yang lain, yaitu Al-Jam'u wa Tafsil it Haqaiqi Tanzil, Al-Jadwatul Muqtabisat, Al-Ma'ariful Ilahiyah, Al-Isra ila Maqamil Asra, Fada'il Abdil Aziz al-Mahdawi, dan lain-lain.

Kitab-kitab Ibn Arabi itu terlalu banyak untuk kita sebutkan dan kita bicarakan satu persatu. Ia sendiri menyebut dalam tahun 1234 M. suatu Jumlah 289 buah, tetapi kitab Nafhatul Uns, karangannya sendiri, memberi angka lima ratus buah. A.C. Brockelmann menyebut banyak sekali nama-nama kitab Ibn Arabi dalam bukunya yang terkenal "Geschichte der Arabi schen Litteratur, dan sebahagian daripada karangannya juga sudah diterbitkan dalam bahasa Arab oleh The Dairatul Ma' arif-il-Osmania, Hyderabad-Deccan, 1948

______________________________________

*) Kitab Fusushul Hikam mulai dikarang di Damskus pada permulaan tahun 627 H (1229 M), dicetak kembali dua kali, dengan syarah dalam bahasa Turki di Bulag th. 1252 M., dan sekali dengan komentar seorang ulama besar Abdurrazak al-Kasyani di Cairo tahun 1309, bahkan kemudian diulang lagi cetakannya dalam tahun 1321 M.

Previous
« Prev Post

Artikel Terkait

Copyright Ⓒ 2024 | Khazanah Islam