Ibnu Arabi, seorang sufi yang dikenal sebagai seorang filosof mslim yang berpikiran luas dan berlatar pendidikan dan pengalaman yang unik diantara para pemikir muslim sezamannya, sehingga berbicara tentang tokoh sufi ini akan selalu menarik. Prof. Dr. Aboebakar Atjeh, tokoh muslim nusantara yang sangat tertarik mengkaji dan menggali profil sosok Ibnu Arabi ini, dalam sebuah buku "Ibnu Arabi : Tokoh Tasawuf dan Filsafat Agama", seakan ingin menujukkan kepada kita semua sisi lain dari sang tokoh
Dalam pendahuluan buku ini, beliau menyatakn alasan mengapa seorang Aboebakar Atjeh sangat tertarik kepada Ibnu Arabi dan menuangkan hasil analisa seputar sang Sufi dari berbagai literatur yang selama ini dikuasi. Dan beliau mengatakan ....
"Of the writings of all ancient scholars, whose works are available in such a large measure, the exact nature of Ibn al 'Arabi's writings is the least known to the modern world. Till now, as far as my knowledge goes, and eminent scholars like R.A. Nicholson and E.G. Browne have also declared, no systematic study of Ibn al 'Arabi's works has been attempted".
Demikian kata Moulvi S.A.Q. Husaini, M.A., dalam sebuah risalah kecil mengenai Ibn Arabi, sebagai pemikir dan ahli tasawuf terbesar dalam dunia Islam. Perkataan itu artinya: Dari segala tulisan pujagga-puyangga lama, yang sekian banyak jumlahnya, isi daripada tulisan-tulisan Ibn Arabi sedikit sekali diketahui oleh dunia modern. Sampai sekarang, sebanyak yang saja ketahui dan yang diakui juga oleh penulis-penulis besar, seperti R.A Nicholson dan E.G. Browne, tidak pernah diadakan penjelidikan yang teratur mengenai karangan-karangan Ibn Arabi.
Ucapan ini menggerakkan hati saja untuk membaca karangan-karangan Ibn Arabi, yang kebetulan ada dalam perpustakaan saya atau dipinjamkan teman-teman kepada saya, terutama dikala saya hendak menyempurnakan jilid yang ketiga daripada karangan saya mengenai tasawwuf hakikat dan ma’rifat. Lalu kelihatanlah kepada saya banyak kekeliruan-kekeliruan yang diperbuat orang terhadap Ibn Arabi, dengan menuduhnya, bahwa ia dalam tasawwuf menganut mazhab hulul dan ittihad, dimana zat Tuhan dan manusia itu bersatu padu. Dan dengan demikian itu lalu ia dikafirkan dan dalam masa-masa pemerintahan Islam yang lampau banyak kitabnya dibakar, sehingga kita sekarang tidak dapat membaca dan menyelidiki lagi pendapat-pendapatnya untuk mengambil kesimpulan yang lebih sempurna dalam masa manusia diberi kemedekaan berpikir, seperti yang terjadi dalam abad keduapuluh ini.
Jika Tuhan kurniai saya kesempatan, insya Allah akan saya penuhi, apa yang dikeluhkan oleh pengarang diatas, karena saya memiliki beberapa banyak daripada karangan pujangga itu dan kebetulan saya menguasai juga bahasa Arab serta perbandingan ilmu tasawwuf. Tetapi Sdr. Ali Audah dari penerbit "Tintamas" meminta kepada saya untuk meringkaskan lebih dahulu beberapa perkara mengenai kehidupan dan cara berpikir Ibn Arabi guna penerbitan serie kecil yang lebih bersifat ilmiah, yang diselenggarakan oleh Tintamas, agar umum dapat mengambil manfa'at. Meskipun bagi saya agak sukar memenuhi permintaan ini karena tidak melihat orang dapat memahami cara berpikir Ibn Arabi, sebelum memahami aneka ragam aliran hakikat dalam tasawwuf, seperti aliran itishal, ittihad, hulul, 'ain mutamasij, hubbul Ilahi, bermakna penafisiran fana dan baqa, pusat pertengkaran antara golongan fiqh, golongan salaf, golongan sufi, golongan tasawwuf sunni dan golongan zahiriah dengan bathiniah, tetapi permintaan itu saja penuhi juaga, karena ada faedahnya yaitu untuk menjernihkan pengertian tentang tasawwuf, dalam rangka membasmi gerakan batin atau klenik dalam masyarakat kita.
Maka saya hidangkanlah corat-coret ini kepada pembaca, Mudah-mudahan ada faedahnya.
Jakarta, 11 juli 1965 H. Aboebakar Aceh
Sumber : Aboebakar Atjeh, Ibnu Arabi: Tokoh Tasawuf dan Filsafat Agama, Penerbit Tintamas Djakarta, hal. 3-6. Dimutakhirkan ke Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), oleh Muhamad Abdullah Amir
« Prev Post