Pada tulisan sebelumnya, menjelaskan tentang biografi dan beberapa penemuan Abu Bakar Ar-Razi, pada kali ini akan diterangkan tentang pemikiran, metode serta pengaruh beliau bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada zamannya.
PEMIKIRAN DAN METODE ILMIAH AR-RAZI
Metode ilmiah Ar-Razi berhubungan erat dengan filsafatnya. Dia mampu memberdayakan akal dan menganggapnya sebagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia serta yang paling besar kemampuannya pada diri manusia. Dalam bukunya "Ath-Thibbur Rnuhani," dia mengatakan perihal akal, "Dalam beberapa hal kita kembali kepada akal menganggapnya penting dan menjadikannya sebagai sandaran. Kita tidak boleh mengalahkan akal dengan hawa nafsu, karena hawa nafsu adalah perusak, pengeruh dan memalingkan dari kebiasan, ketajaman, tujuan dan keistiqamahannya. Bahkan kita harus melatihnya, menundukkannya, mengasahnya, dan memaksanya untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ar-Razi mengajak untuk bersikap teliti dalam melakttkan praktik kedokteran dan mendiagnosa berbagai macam penyakit. Dia menulis nasihat kepada para dokter agar memperhatikan hal yang kecil dan besar agar dapat melakukan diagnosa yang benar. Ketelitian mendiagnosa yang dibarengi dengan kekuatan analisa, kedalaman teori, kemampuan dalam menganalisa dan menyimpulkannya akan memba\Manya kepada penemuan ilmiah yang telah ada sebelumnya. Adapun secara global, pemikiran dan metode ilmiahnya adalah sebagai berikut:
- Dia mengetahui pengaruh faktor kejiwaan bagi penyembuhan suatu penyakit
- Dia memperingatkan adanya penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan berdasarkan Penelitiannya pada sebagian penyakit tertentu yang secara berulang-ulang menimpa sebagian keluarga
- Dia menyimpulkkan bahwa penyembuhan dapat dilakukan dengan berlangsungnya proses interaksi kimiawi pada tubuh dan masuknya bahan obat-obatan melalui salah satu anggotanya. Tidak diragukan lagi bahwa pengetahuanya dalam bidang kimia telah membantunya sampai pada kesimpulan seperti ini.
- Dia adalah orang yang pertama kali menemukan alergi (hipersensitivitas) dan orang yang pertama kali mengamati pengaruh cahaya pada selaput mata. Dalam bukunya 'Fi Asy-Syukuk ala Gelenus," Ar-Razi memperingatkan para dokter agar memotong tumor kanker agar tidak menyebar ke seluruh tubuh. Ini tentu merupakan suatu keputusan yang tampaknya salahbagi sebagian dari kita sebagaimana yang kita ketahui dalam pengobatan dan operasi kanker. Akan tetapi kenyataannya inilah yang benar pada saat tidak mudah dilakukan operasi kecuali pada masa belakangan. Bahkan sekalipun dapat dilakukan dengan cara oPerasi, akan tetapi ini tidak dapat sepenuhnya menghentikan pertumbuhan tumor, sehingga lama-kelamaan akan semakin parah dan mempercepat kematian si penderita.
Ar-Razi memiliki pemikiran yang cerdas dan eksploratif, sehingga membuatnya tidak pernah berhenti melakukan penelitian dalam mencari berbagai cara dan alternatif pengobatan baru, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Ar-Razi adalah dokter yang pertama kali memisahkan antara kedokteran anak dan kedokteran runurn.
- Ar-Razi mengobati sebagian penyakit dengan mengatur pola makan saja tanpa harus menggunakan obat-obatan.
- Dia menemukan benang jahit untuk operasi yang terbuat dari bahan selaput hewan
- Dia yang pertama kali menjelaskan penggunaan perban gipsum pada pengobatan patah tulang.
- Dia menyimpulkan penggunaan air raksa dan komposisi timah dalammembuat obat gosok
Ar-Razi selalu melakukan eksprimen sebagai cara yang sangat penting untuk mendapat pengetahuan yang benar. Maka tidak diragukan, bahwa pemilihan tempat dibangunnya Rumah Sakit Al-Adhadi menjadi bukti yang kuat dalam hal ini. Dalam melakukan eksprimen, Ar-Razi tidak sendirian, melainkan bersama para dokter muslim lainnya. Akan tetapi, dia memang memiliki keistimewaan tersendiri dalam bidang ini. Misalnya, dia adalah orang yang pertama kali melakukan eksprimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktikkan kepada manusia. Dia iuga menemukan sistem " control group" dalam melakukan eksprimen, yang mana dia melakukan eksprimen pengobatan baru kepada sejumlah pasiennya dan membiarkan sejumlah pasien lainnya untuk mengetahui pengartth dari cara Pengobatannya yang baru.
Dalam buku-buku yang dikarangnya/ Ar-Razi sangat memperhatikan metode ilmiah dan ini nampak sangat jelas pada konsistensinya dalam menjalankan amanah ilmiah ketika mengutip pemikiran atau pendapat orang lain. Dia menyebutkan sumber-sumber asli yang dikutipnya dan menulis nama pengarangnya, serta tidak mengatasnamakan dirinya
KOMENTAR TENTANG AR-RAZI
- Ibnu Nadim Al-Warraq mengatakan dalam bukunya "Al-Fihrisat," "Dia adalah satu-satunya pada masanya yang menyatukan antara pengetahun dengan ilmu orangorang terdahulu, terutama dalam bidang kedokteran."
- Al-Qafthi mengatakan, "Abu Bakar adalah seorang dokter muslim yang tidak berpihak dan salah seorang yang terkemuka dalam ilmu logika dan geometri."
- Ibnu Khalkan mengatakan, "Ar-Razi adalah pemimpin dalam bidang kedokteran pada masanya. Dia sangat menekuni bidang ini dan mengetahui secara mendalam kaedah-kaedahnya. Dia rela pergi jauh untuk mempelajarinya, dan dia banyak menulis buku-buku yang bermanfaat."
- Wil Diorant mengatakan dalam bukunya yang terkenal "Qishshatul Hadharah" bahwa "Buku yang dikarang oleh Ar-Razi, " Al-Hawi" merupakan buku kedokteran terbesar selama berabad-abad dan menjadi buku rujukan terpenting di Eropa
- Aldo Maily mengatakan, "Ar-Razi adalah dokter Arab yang paling terkemuka.
- Gustav Granium mengatakan dalam bukunya
"Hadharatul lslam," "Para dokter terkemuka abad
kesembilan dan kesepuluh, terutama Ar-Razi (yang wafat
pada tahun 925 M) memiliki pengaruh yang besar bagi
pemikiran kedokteran di negeri Barat."
Dia juga mengatakan, " Ar-Razi mempelajari kedokteranbenar-benar secara ilmiah. Bahkan dia pernah menulis tesis yang berjudul, "Annfl Maharnt Al-Athibba' Anfusahum La Yastathiun Syifa' lanti' Al-Amradh" (Kemahiran para dokter itu sendiri tidak akan mampu menyembuhkan semua penyakit). - ZigridHunke mengatakan dalam bukunya " Syamsul Arab Tashtha' ala Al -Gharb!' "Pengetahuan Ar-Razi dalam bidang kedokteran sangat istimewa, luas dan menyeluruh. Pengetahuan seperti ini tidak pernah dimiliki oleh siapa pun sejak masa Gelenus. Dia selalu berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan melalui lembaranlembaran buku, atau meminta informasi dari keluarga pasien dan dengan melakukan eksprimen kimiawi, bahkan dia pergi ke penjuru dunia untuk mendapatkan hal itu semua. Dia menanamkan prilaku dan akhlak yang baik kepada murid-muridnya seraya mengingatkan bahwa profesi sebagai dokter merupakan profesi yang mulia. Menurutnya, dokter juga harus memerangi-taik dengan perkataan mauPun perbuatan-semua praktik penyimpangan di mana pun dan kapan pun. Dia memperhatikan pengobatan bagi orang-orang miskin dan memberinya uang setelah berobat."
- Dr. Amir An-Najjar mengatakat:., "Pada masa daulah islamiyyah, kita mendapatkan ada dua sekolah terkemuka, yaitu sekolah Para Para dokter dan filsuf, dan sekolah para filsuf dan dokter. Dokter yang filsuf seperti Abu Bakar Ar-Razi. Sedangkan filsuf yang dokter seperti Ibnu Sina."
PENGHORMATAN KEPADA AR-RAZI DAN PERINGATAN HARI LAHIRNYA
Ar-Razi mendapatkan penghormatan dari pihak Barat, misalnya Universitas Pronston di Amerika menamakan salah satu auditoriumnya dengan namanya danmeletakkankarya-karyanya di dalamnya. Kita juga ia tidak tahu bahwa di dalam air itu terdapat lintah yang dapat melihat gambarnya dipajang di fakultas kedokteran diParis
KISAH-KISAH SEPUTAR KEUNGGULAN AR-RAZI DI BIDANG KEDOKTERAN
Dalam bukunya " Ath-Thibbul Arabi," seorang dokter dan orientalis Inggris, Edward Granaviel Brown, menuturkan dua kisah berikut tentang keunggulan ArRazi dalam bidang kedokteran dan kemampuannya dalam mengobati orang-orang yang sakit.
KISAH PERTAMA
Ar-Razi diundang ke As-Sughad, salah satu wilayah Farghana (sekarang Tajikistan), untuk mengobati seorang pangeran yang mengeluh sakit rematik dan membuatnya tidak mampu untuk bergerak, sedangkan dia sudah berobat ke seluruh dokter. Ketika Ar-Razi telah sampai ke negeri itu, dia harus menyeberangi Sungai Umudaria. Dia merasa takut dengan luasnya sungai, sedangkan perahu yang akan membawanya sangat kecil. Maka dia pun enggan untuk menyeberang. Akan tetapi utusan pangeran itu mengulurkan tangannya dan menariknya naik ke atas perahu, lalu menyeberangkannya sekalipun dia tidak mau. Para utusan itu tetap menghormatinya dan memohan maaf atas perlakuan yang mereka lakukan demi kesembuhan sang pangeran.
Ketika Ar-Razi telah tiba di kediaman sang Pangeran, dia mengobatinya dengan berbagai cara, akan tetapi semua gagal. Maka Ar-Razi membuat suatu keputusan dan mengatakan kepadanya, "Besok akan saya coba cara pengobatan yang baru, akan tetapi dengan cara ini tuan harus mempersiapkan kuda dan keledai terbaik untuk membawa tuan." Sang pangeran setuju dan dia pun menyiapkan dua hewan tunggangan itu. Keesokan harinya, Ar-Razi pergi bersama sang pangeran ke pemandian air panas di luar kota dan rneletakkan kuda dan keledainya tidak jauh dari tempat itu. Dia kemudian masuk ke dalam pemandian air panas bersama sang pangeran. Dia merendam sang pangeran berkali-kali dan meminumkan kepadanya ramuan yang telah dipersiapkannya. Ar-Razi lalu keluar dan memakai kembali pakaiannya. Setelah itu, dia kembali masuk ke ruang pemandian dengan membawa pisau dan mengancam sang pangeran seraya berkata, "Kamu telah menyuruh utusanmu untuk menarikku ke atas perahu dan mengikatku. Sekarang aku akan membunuhmu sebagai balasan atas perbuatan utusanmu." Sang pangeran sangat marah dan lari dengan kedua kakinya dalam keadaan marah bercampur rasa takut. Pada saat itu, ArRazi segera lari meninggalkan pemandian menuju ke tempat anaknya yang sedang menunggu dua hewan itu. Dia kemudian kabur dengan sekuat tenaga seraya memacu kudanya, dan tidak berhenti kecuali setelah melihat sungai, sehingga dia kembali memutar ke daerah Marwa. Dari sini dia menulis surat kepada sang pangeran yang dimulai dengan doa dan memberitahukannya bahwa pengobatan dengan cara biasa akan membuatnya lama sembuh, sehingga dia melakukannya dengan cara yang aneh. Dan inilah yang justru membuatnya bisa berlari setelah meminum ramuan yang dibuat oleh ArRazi. Ar-Razi lalu mengakhiri suratnya dengan mengatakan, "Akan tetapi tidak baik apabila kita berjumpa lagi setelah ini."
Ketika kemarahan sang pangeran telah reda dan dia melihat dirinya telah mampu berjalan, barulah dia menyadari apa yang dilakukan oleh Ar-Razi kepadanya. Bahkan dia merasa kagum dengan kecerdasannya, sehingga sang pangeran menyuruh pengawabnya untuk mencarinya ke mana-mana tanpa berhenti.
Satu minggu setelah peristiwa ini, anak Ar-Razi datang untuk mengembalikan kuda dan keledai yang dibawanya kepada sang pangeran seraya menyerahkan sepucuk surat dari dokter terkemuka ini. Sebagai balas budi, sang pangeran memberikan hadiah yang banyak kepada Ar-Razi dan tunjangan tahunan sebanyak seribu dinar. Selain itu, anaknya juga pulang dengan membawa dua ratus keledai yang mengangkut gandum.
KISAH KEDUA
Seorang pemuda Baghdad datang kepada Ar-Razi dan dia mengeluhkan muntah darah yang dialaminya. Ar-Razi lalu memeriksa sang pasien dengan teliti. Sang pasien kemudian mengutarakan kepercayaannya kepada Ar-Razi bahwa apabila Ar-Razi gagal menyembuhkannya, maka dokter lainnya tidak akan dapat menyembuhkannya. Ar-Razi merasa iba dengan perkataannya dan dia berusaha untuk menjaga kepercayaan sang pasien. Ar-Razi lalu mencari air yang diminum oleh sang pasien dalam perjalanannya, karena barangkali dia minum air kotor. Dia kemudian berkata kepada pemuda Baghdad itu, "Apabila kamu datang besok, saya pasti akan mengobatimu dan tidak meninggalkanmu hingga sembuh. Akan tetapi saya mensyaratkan kepadamu agar kamu menyuruh anakmu mentaati setiap apa yang saya perintahkan kepadanya unfuk melakukan sesuatu kepadamu." Pemuda itu pun berjanji akan memenuhi persyaratan yang diminta.
Keesokan harinya, Ar-Razi datang kembali dan membawa dua bejana yang berisi lumut cair. Dia menyuruh pasiennya untuk menelan ibi dua bejana itu. Dia pun menelannya cukup banyak. Akan tetapi dia berkata bahwa dirinya tidak mampu untuk menelan lebih dari itu. Pada saat seperti itulah, dia menyuruh anaknya untuk meminumkannya dengan paksa. Jelas saja, lumut yang tidak sedap itu mulai bereaksi di dalam Perut, sehingga sang pasien muntah. Ar-Razi kemudian memeriksa muntahnya dan ternyata dia mendapatkan tintah yang selama ini menjadi biang penyakit di dalam tubuhnya. Dengan mengeluarkan lintah ini, dia kembali sehat. Karena ketika pemuda itu meminum air yang keruh telah masuk ke dalam perutnya. Lintah itu lengket di rongga perut hingga ada lumut yang masuk, kemudian menggantung kepadanya dan keluar bersama muntahan sang pasien.
« Prev Post
Next Post »